Kronologi Peringatan Dini Tsunami Saat Gempa Magnitudo 6,8 di Sulteng

Berdasarkan pengecekan kondisi lapangan oleh BMKG dan BPBD setempat, tidak ada laporan adanya air surut maupun terjadinya tsunami.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Apr 2019, 17:01 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2019, 17:01 WIB
Gempa di Sulawesi Tengah 12 April 2019 berkekuatan magnitudo 6,8 menurut USGS
Gempa di Sulawesi Tengah 12 April 2019 berkekuatan magnitudo 6,8 menurut USGS (USGS.gov)

Liputan6.com, Makassar - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa bumi berpontesi tsunami pada Jumat (12/4) malam pukul 18.40 WITA berkekuatan 6,9 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Morowali, Morowali Utara, dan Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, dipicu sesar aktif di Teluk Tolo.

"Episenter terletak pada koordinat 1,89 LS dan 122,57 BT tepatnya di Teluk Tolo, pada jarak 82 kilometer arah baratdaya Kepulauan Banggai, Sulteng, dengan kedalaman 17 kilometer," sebut Kepala Bidang informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, melalui siaran persnya, Sabtu (13/4/2019).

Selanjutnya, setelah dilakukan pemutakhiran, magnitudo gempa berubah turun menjadi magnitudo 6,8 magnitudo dilansir Antara.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini berpotensi tsunami, sehingga, BMKG dalam waktu kurang dari 5 menit setelah terjadi gempa segera mengeluarkan peringatan dini tsunami dengan status ancaman waspada dengan estimasi tinggi tsunami kurang dari 50 centimeter.

Setelah dilakukan pemutakhiran magnitudo dan melakukan monitoring terhadap muka air laut melalui pengamatan tide gauge di lokasi Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Taliabu (Maluku Utara), menunjukkan tidak ada kenaikan muka air laut yang signifikan.

Berdasarkan pengecekan kondisi lapangan oleh BMKG dan BPBD setempat, tidak ada laporan adanya air surut maupun terjadinya tsunami.

Atas dasar beberapa hal tersebut, maka BMKG pada pukul 19.47 WIB (20.47 WITA) menyatakan bahwa peringatan dini tsunami berakhir.

Sesar Aktif

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Daryono menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.

Ada dugaan bahwa struktur sesar yang menjadi pembangkit gempa ini adalah Sesar Peleng yang jalurnya berarah baratdaya-timutlaut di Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo.

Sesar Peleng merupakan sesar aktif yang memiliki laju sesar sebesar 1,0 milimeter per tahun dan magnitudo maksimum yang mencapai 6,9 magnitudo.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike slip).

Dugaan ini, lanjutnya, didasarakan pada alasan bahwa lokasi episenter terletak pada kelurusan Sesar Peleng yang menerus ke laut dan sumber gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar menganan (dextral).

Dampak gempa berdasarkan laporan masyarakat dirasakan, sebut dia, berada di wilayah Poso, Buol, Morowali, Banggai dan Palu pada skala intensitas IV MMI.

Kemudian di Kolaka Utara dan Toli-toli III-IV MMI; di Kotamobagu, Palopo, Kolaka, Makassar dan Kepulauan Konawe III MMI. Di Gorontalo dan Kendari II-III MMI dan di Manado, Pinrang dan Konawe II MMI.

"Saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa. Hingga pukul 23.50 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan terjadinya aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 43 kali dengan kekuatan paling besar 5,6 magnitudo dan terkecil 3,4 magnitudo," katanya.

Tektonik dan Sejarah Tsunami

Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Wilayah Kepulauan Banggai berada di kawasan rawan gempa dan tsunami. Secara tektonik di wilayah ini terdapat beberapa sesar aktif, seperti Sesar Naik Batui, Sesar Balantak, Sesar Ambelang, dan Sesar Peleng,

Berdasarkan catatan sejarah di Kepualauan Banggai sudah beberapa kali terjadi tsunami. Wilayah ini pernah dilanda tsunami pada 13 Desember 1858. Terjangan tsunami menyebabkan banyak desa-desa di pesisir pantai Kepulauan Banggai mengalami kerusakan yang parah.

Selanjutnya pada 29 Juli 1859 wilayah Kepulauan Pulau Banggai kembali dilanda tsunami yang menerjang dan merusak banyak bangunan rumah yang terletak di wilayah pesisir.

Terakhir adalah tsunami akibat gempa dengan magnitudo M=7,5 pada 4 Mei 2000. Gempa ini memicu tsunami yang kemudian melanda Luwuk, Banggai, dan Peleng.

Tsunami Banggai ini memiliki ketinggian yang diperkirakan mencapai hingga 3-6 meter di Kecamatan Totikum, Kayutanyo, dan Uwedikan dengan landaan tsunami sejauh 100 meter dari garis pantai.

Di dermaga Totikum air surut kurang lebih 200 meter. Kejadian gempa dan tsunami tahun 2000 ini mengakibatkan korban meninggal sebanyak 46 orang dan 264 orang luka-luka.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya