Rawan Dijarah, Konvoi Bantuan Banjir di Sultra Dikawal TNI

Tidak hanya potensi penjarahan, untuk menuju lokasi bencana banjir di 4 kabupaten, relawan harus melalui jembatan dan rakit darurat buatan warga. Semua kendaraan yang melalui rakit, mesti membayar mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 14 Jun 2019, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2019, 14:00 WIB
Rawan Dijarah, Konvoi Bantuan Bencana Alam di Sultra Dikawal Anggota TNI
Armada bantuan bencana banjir pada 4 kabupaten di Sultra, dikawal anggota TNI untuk mengantisipasi potensi penjarahan dari warga. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe - Bantuan untuk korban bencana banjir pada 4 kabupaten di wilayah Sulawesi Tenggara sudah disalurkan sejak Selasa (11/6/2019). Sejak disalurkan, ada sejumlah keluhan dari relawan terkait penjarahan dan sulitnya akses jalur jalan menuju lokasi bencana.

Empat kabupaten yang menjadi fokus penyaluran bantuan bencana yakni, Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan dan Kolaka Timur. Kabupaten terparah yakni, Konawe Utara dengan 5.300 lebih pengungsi.

Penyebab penjarahan, karena sejumlah warga yang dilewati iring-iringan konvoi bantuan belum sama sekali tersentuh. Sehingga, warga di lokasi bencana mendesak relawan untuk membongkar paket bantuan di tengah jalan.

Mengantisipasi hal ini, Korem 143 Halu Oleo menyiapkan personel khusus yang mengawal bantuan relawan atau pemerintah. Pihak Korem, sudah menyiapkan 6 orang personel khusus untuk mengawal iring-iringan bantuan.

"Tugas mereka, mengawal dan memediasi semua jajaran Danramil TNI yang dilewati untuk berkomunikasi kepada warga supaya memudahkan kendaraan relawan lewat," ujar Kepala Kepala Seksi Teritorial Korem 143 Halu Oleo, Letkol Edward, Kamis (13/6/2019).

Tidak hanya potensi penjarahan, untuk menuju lokasi bencana banjir di 4 kabupaten, relawan harus melalui jembatan dan rakit darurat buatan warga. Semua kendaraan yang melalui rakit, mesti membayar mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu.

"Kami sudah pantau itu, mulai dari Kecamatan terujung di Kabupaten Konawe Utara, warga memang meminta upah dan bayaran kepada pengendara," tambah Edward.

Dengan adanya pengawalan, Edward mengharapkan warga bisa lebih tertib. Selain itu, diharapkan bantuan bisa sampai pada sejumlah wilayah terpencil.

"Korem 143 Halu Oleo juga merupakan posko terpusat penggalangan bantuan bencana alam di Sultra. Kami menginginkan bantuan ini bisa tiba tepat waktu dan tepat sasaran," jelas Edward.

Diketahui, Korem 143 Halu Oleo sudah melakukan pengawalan sebanyak 52 truk berisi bantuan. Bantuan itu, berasal dari Kementerian Pertanian RI yang didatangkan langsung dari Jakarta.

Bantuan untuk korban banjir ini berupa makanan instan, popok bayi, obat-obatan, pakaian anak-anak, dan orang dewasa. Kementerian Pertanian juga menurunkan bantuan peralatan pertanian dan pupuk.

 

Daerah Terisolasi Dibantu Helikopter

Rawan Dijarah, Konvoi Bantuan Bencana Alam di Sultra Dikawal Anggota TNI
Banjir masih merendam hingga ketinggian 1,5 hingga 2 meter di sejumlah kecamatan terpencil di Konawe Utara, Kamis (13/6/2019). (Liputan6.com/ Ahmad Akbar Fua)

Penyaluran bantuan di daerah terpencil di Konawe Utara sangat sulit menggunakan akses jalur darat. Penyebabnya, sejumlah jembatan penghubung putus untuk menuju ke lokasi bencana banjir.

Ada empat kecamatan di Kabupaten Konawe Utara yang hingga Kamis (13/6/2019) masih belum banyak tersentuh. Keempatnya yakni, Kecamatan Langgikima, Wiwirano, Oheo dan Landawe.

Dari sejumlah video yang beredar, bantuan berupa mie instan dan pakaian, langsung dibuang dari atas helikopter ke sejumlah lokasi. Warga yang berada di lokasi bencana juga langsung berebut menuju ke titik helikopter menjatuhkan paket bantuan.

"Akses kesana masih menggunakan helikopter. Saat menyalurkan bantuan juga masih harus menggunakan helikopter," ujar Kepala BPBD Sultra, Boy Ikhwansyah, Kamis (13/6/2019).

Sejak Selasa (11/6/2019), akses ke sejumlah lokasi bencana harus menggunakan helikopter. Sebab, ketinggian air masih mencapai 1 hingga 2 meter lebih di lokasi banjir.

"Apalagi, jembatan di wilayah Kecamatan Asera, jembatan penghubung Trans Sulawesi sudah putus. Sehingga memang harus berupaya keras membantu warga mendapatkan bantuan secepatnya," ujar Boy Ikhwansyah.

 

Pengungsi Banjir Konut Capai 5.500 Jiwa

Banjir Konawe
Banjir yang terjadi di wilayah Konawe Utara, ribuan warga mengungsi karena pemukiman terendam banjir hingga setinggi 3 meter. (Liputan6.com/ Ahmad Akbar)

Hingga hari ke-13 hujan dan banjir menerjang Konawe Utara, sebanyak 5.553 orang lebih pengungsi yang sudah terdata. Paling banyak di wilayah 4 kecamatan yang terisolasi.

Keempatnya yakni, Kecamatan Wanggudu, Wiwirano, Oheo dan Landawe. Banjir masih merendam rumah warga hingga 1,5 meter lebih hingga Kamis (13/6/2019).

"Jumlah kepala keluarga yang sudah terdata sebagai pengungsi yakni 1.515 jiwa. Mereka ditempatkan di sejumlah posko," ujar Humas Kantor SAR Kendari, Wahyudi.

Wahyudi mengatakan, pihaknya masih menempatkan sejumlah personel di wilayah Konawe Utara. Anggota SAR yang bertugas, ditempatkan di sejumlah titik rawan dan terisolir.

"Kami masih mengantisipasi air yang sewaktu-waktu bisa naik," kata Wahyudi.

Data dari BPBD Konawe Utara, ada sebanyak 202 unit hanyut akibat banjir. Sedangkan rumah yang terendam, sebanyak 1.313 unit "Ada lima bangunan masjid terendam, selain itu 4 jembatan tdk bisa diakses," ujar Wahyudi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya