Jibaku Relawan Padamkan Api di Semak Setebal 2 Meter Gunung Sumbing

Bahaya kebakaran Gunung Sumbing lainnya juga mengintai. Arah mata angin berubah-ubah.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 13 Agu 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2019, 08:00 WIB
Upaya pemadaman kebakaran Gunung Sumbing, Wonosobo, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Polsek Kalikajar/Muhamad Ridlo)
Upaya pemadaman kebakaran Gunung Sumbing, Wonosobo, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Polsek Kalikajar/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Wonosobo - Gunung Sumbing terbakar. Titik api pertama kali terdeteksi pada Sabtu sore (11/8/2019), pukul 16.30 WIB.

Terpicu angin kencang, api cepat merambat. Semula titik api tampak di petak 28. Selanjutnya, api telah bergeser hingga petak 29, Desa Banyumudal, Sapuran, Wonosobo.

Tim gabungan segera bergerak ke lokasi. Selain memadamkan api, mereka juga ingin memastikan keselamatan pada pendaki Gunung Sumbing.

Memang, jalur pendakian dari Basecamp Bowongso dan Butuh, Kalikajar relatif bukan wilayah yang terbakar. Namun, tiupan angin kencang dan berubah sewaktu-waktu bisa saja membahayakan pendaki.

Lagipula, nyaris semua pendaki bukan lah orang lokal. Mereka tak paham jalur-jalur alternatif jika jalur utama sampai turut terbakar. Bahaya lain pun mengintai, tersesat.

Karenanya, tim gabungan secepatnya mengevakuasi para pendaki. Total sebanyak 76 pendaki dievakuasi saat Gunung Sumbing terbakar. Di antara mereka, 13 orang berasal dari Maluku.

Sementara tim SAR gabungan mengevakuasi para pendaki, tim gabungan lainnya berjibaku memadamkan api yang semakin meluas. Minggu malam, diperkirakan seluas 10 hektare lahan telah terbakar dan terus meluas.

Pemadaman api di gunung tentu saja berbeda dari pemadaman kebakaran di permukiman. Kesulitan muncul lantaran area Gunung Sumbing yang terbakar berada di lereng-lereng curam.

Jarak pandang pun terbatas. Sebab, penglihatan relawan terhalang semak yang bukan main tingginya. Ketebalan rata-rata semak di Gunung Sumbing yang terbakar mencapai dua meter.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Cara Tim Gabungan Padamkan Kebakaran Gunung Sumbing

Sisa api di semak Gunung Sumbing yang terbakar. (Foto: Liputan6.com/BPBD Wonosobo/Muhamad Ridlo)
Sisa api di semak Gunung Sumbing yang terbakar. (Foto: Liputan6.com/BPBD Wonosobo/Muhamad Ridlo)

Bahaya kebakaran Gunung Sumbing lainnya juga mengintai. Arah mata angin berubah-ubah. Dan itu bisa saja membahayakan para relawan yang hanya bermodalkan alat seadanya.

"Hambatannya angin kencang dan arah mata angin berubah-ubah. Itu juga menjadi kendala pemadaman," ucap Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonosobo, Sumarno, Senin petang, 12 Agustus 2019.

Lebih dari 100 relawan dikerahkan untuk memadamkan api. Sebagian besar adalah orang-orang berpengalaman. Mereka berasal dari TNI, Polri, BPBD, RPH Kedu Utara, dan Perhutani.

Peran masyarakat juga tak bisa dientengkan. Mereka lah orang-orang yang paham lokasi lantaran kerap beraktivitas di area hutan. "Semua pemadaman dengan cara manual," ujarnya.

Akhirnya, tim gabungan berhasil memadamkan seluruh titik api yang membakar Gunung Sumbing pukul 14.30 WIB. Kepastian ini diperoleh setelah tim gabungan mengecek dengan mendaki area-area terbakar sore harinya.

Pemetaan oleh Perhutani, lahan seluas 42 hektare terbakar. Rinciannya, di petak 28-E dua hektare, dan petak 29-1 seluas 40 hektare.

Sumarno bilang meski api telah berhasil dipadamkan, akan tetapi BPBD tetap berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya untuk memantau perkembangan terakhir. Posko didirikan di Desa Banyumudal, Sapuran.

Dikhawatirkan masih ada titik api yang tertinggal atau terjadi kebakaran lain. Sebab, titik terakhir kebakaran cukup sulit dicapai. Terlebih angin masih bertiup kencang di wilayah ini.

"Kerugiannya kita belum ada laporan. Karena itu kan semak, tidak mencapai hutan produksi," dia menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya