Liputan6.com, Semarang - Bagi sebagian orang, mengambil rapor anak adalah hal biasa. Namun, bagi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pengambilan rapor anak adalah cara untuk membayar utang.
Ganjar mengambil rapor Alam di SMAN 3 Semarang, Kamis (19/12). Meski terlambat karena pembagian rapor sudah dilaksanakan sehari sebelumnya, ia tetap memaksa hadir. Tidak masalah terlambat, asalkan rapor anak diambilnya sendiri.Â
"Kemarin sudah janjian sama Alam, tapi benar-benar tidak bisa karena tugas di Banyumas, baru bisa sekarang," katanya.
Advertisement
Ya, kesibukannya sebagai orang nomor satu di Jateng membuatnya jarang di rumah. Praktis, ia juga tak punya banyak waktu untuk Muhammad Zinedine Alam Ganjar, atau yang akrab disapa Alam, anaknya. Menemani belajar atau sekadar jalan-jalan adalah kemewahan yang tak setiap pekan bisa dilakukan.
Sadar punya banyak utang, Ganjar Pranowo berusaha hadir pada hari-hari penting putra semata wayangnya itu. Satu di antaranya adalah saat pengambilan rapor. Untuk satu hal ini, suami Siti Atikoh itu tak pernah mangkir. Sejak Alam masih TK hingga kini SMA kelas XII IPA, rapornya selalu diambilkan Ganjar.
"Saya merasa waktu saya kurang buat anak, cara menebusnya ya begini ini. Saya melakukan ini (pengambilan rapor) sejak Alam TK sampai sekarang," katanya.
Alam, kata Ganjar, juga selalu meminta agar yang mengambil rapor adalah orang tuanya. Ia ingin agar apa yang dikerjakannya selama belajar di sekolah, diketahui oleh kedua orang tuanya.
"Dan saya senang sekali sebagai orang tua. Makanya, saya selalu menyempatkan hadir, meskipun kadang waktunya sedikit. Soal waktu dia sangat toleransi," tegasnya.
Nah, karena telat sehari, pengambilan rapor kali ini pun dilakukan di ruang guru. Kehadiran Ganjar menarik perhatian karena mengenakan beskap dan belangkon. Bukan karena bergaya, tapi sesuai aturan berpakaian di Pemprov Jateng bahwa setiap hari Kamis mengenakan pakaian adat Jawa.
Ganjar menerima rapor Alam dari Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, Emi Irianingsih. Menurut Emi semua nilai Alam sangat baik dan memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
"Nilainya bagus-bagus, Pak, di atas KKM semuanya. IPK nya saja 90,76," kata Emi.
Ganjar Pranowo tersenyum melihat hasil belajar anaknya itu. Sambil membuka rapor, ia membandingkan nilai dirinya saat masih sekolah.
"Ternyata pinter anakku, iki tenanan opo ora (ini beneran apa tidak) ha-ha-ha," katanya sembari tertawa.