UGM Resmikan Patung Craki sebagai Penghargaan untuk Perajin Jamu  

Universitas Gadjah Mada meresmikan patung Craki di pasar Ngasem Kota Yogyakarta Jumat (16/12/2022). Patung ini untuk menghormati para peracik jamu yang masih bertahan hingga saat ini.

oleh Yanuar H diperbarui 19 Des 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2022, 16:00 WIB
ilustrasi jamu
Ilustrasi/Copyright shutterstock/Tantri Setyorini

Liputan6.com, Yogyakarta - Kini di pasar Ngasem, Kota Yogyakarta para pengunjung akan menemukan patung Craki di tengah pintu masuk pasar Ngasem. Eni Harmayani Ketua Panitia Dies Natalis UGM ke-73 mengatakan, pemasangan patung Craki atau peracik jamu di Pasar Ngasem untuk mengapresiasi para perajin jamu yang masih meneruskan warisan leluhur berupa minuman jamu. 

"Para perajin jamu inilah yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan dan kebugaran masyarakat nusantara sejak ratusan tahun silam dan sampai saat ini masih melestarikan budaya minum jamu secara tradisional,” kata Eni saat peresmian patung Craki, Jumat, 16 Desember 2022.

Eni mengatakan hingga saat ini perajin jamu masih meneruskan dan melestarikan warisan leluhur sebagai penjual jamu gendongan sekaligus peracik jamu. Menurutnya, mereka adalah pejuang yang memelihara tradisi dan berperan penting bagi kesehatan masyarakat. Ia mengatakan jamu dalam ilmu pengetahuan modern disebut makanan fungsional yang saat ini juga dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai minuman kesehatan  selama puncak pandemi lalu.

 

"Sejak dulu hingga sekarang, penjual jamu gendong selalu terampil dan setia mengunjungi dari rumah ke rumah untuk menjaga kesehatan para penghuni rumah dengan cara menggendong jamu. Menggendong barang seperti anak kecil dengan lemah lembut dan telaten," kata guru besar teknologi pangan ini.

Soal penempatan patung Craki di pasar Ngasem menurut Eni dikarenakan Pasar Ngasem merupakan salah satu pasar tradisional yang masih menjajakan minuman jamu. Selain itu, kawasan ini berada di depan kawasan bangunan heritage taman sari.

"Kita memilih pasar Ngasem sebagai kawasan heritage dan diwujudkan oleh Pemkot Yogyakarta sebagai objek wisata baru. Di pasar ini juga dikenal makanan tradisional yang masih melegenda diantaranya apem beras dan jadah wajik dan brongkos koyor," dia menjelaskan.

Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Universitas Gadjah Mada, Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan peresmian patung craki ini makin menegaskan UGM sebagai universitas kerakyatan yang ingin selalu dekat dengan masyarakat terutama mereka yang menjalani profesi perajin jamu. Jumlah penjual jamu gendong sekarang ini jauh berkurang dibandingkan era 30 tahun lalu. 

"Peracik jamu jumlahnya semakin sedikit karena generasi muda tidak banyak mengenal dan terbiasa mengonsumsi jamu. Kita mendorong peracik jamu lalu para peminumnya agar lebih diedukasi dan dibudayakan kembali," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Susatyo mengusulkan agar minuman jamu dipajang di hotel bintang tiga hingga bintang lima untuk memperkenalkan jamu pada wisatawan. 

"Dulu kita cari jamu di pasar atau di jalan. Jika  jamu masuk ke hotel bintang tiga hingga bintang lima tentu banyak yang minta. Jika yang meminta banyak dan segmen diperluas maka kebiasaan masyarakat  untuk minum jamu makin meningkat," jelasnya.

Sunaryanti (61), salah satu peracik jamu tradisional mengaku senang dan bangga didirikan patung Craki di tengah pasar Ngasem. Ia mengaku sudah berjualan jamu sudah 40 tahun lalu. 

"Tahun 1982 saya sudah buka di pasar Ngasem ini," kata wanita asal Kadipiro, Desa Ngestiharjo, Kasihan, Bantul ini.

Di tengah menurunnya jumlah peminat minum jamu, Sunaryanti tetap bertahan sebagai peracik jamu rumahan. Melalui produk jamu Dijamoni, dalam sehari Sunaryanti mengaku bisa menjual sekitar lebih dari seratus botol dengan harga Rp5 ribu hingga Rp8 ribu dengan produk jamu beras kencur dan kunir asem. 

"Saya titipkan di salah satu toko di pasar Ngasem, sisanya dijual secara online dari rumah," katanya. 

Patung Craki ini menggambarkan seorang wanita penjual jamu gendong yang tengah duduk menekuk lutut serata menuangkan botol jamu ke dalam sebuah mangkuk. Patung ini diletakkan sengaja dibuat seukuran tubuh manusia yang bahannya seluruhnya dari logam dan berdiri di atas pondasi batu kali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya