Tren Tingwe Menguat, Hindari Rokok Ilegal Tanpa Cukai

Meskipun harus bersaing dengan rokok elektrik maupun rokok kemasan, namun nyatanya penggemar rokok tingwe sendiri terus tumbuh.

oleh Tim Regional diperbarui 27 Jul 2024, 01:48 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 23:24 WIB
Pengusaha rokok tingwe. (Liputan6.com/ ist)
Pengusaha rokok tingwe. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, tren konsumsi rokok linting atau tingwe (linting dewe) alias melinting sendiri di masyarakat perkotaan, termasuk di kalangan anak muda masih belum juga surut. Kepopuleran tembakau tingwe sendiri bisa dilihat dari menjamurnya kios-kios penjualan tembakau tingwe hingga maraknya penjualan secara daring seperti melalui e-commerce.

Meskipun harus bersaing dengan rokok elektrik maupun rokok kemasan, namun nyatanya penggemar rokok tingwe sendiri terus tumbuh. Masih stabilnya penikmat rokok tingwe di kalangan masyarakat ini dirasakan sendiri oleh Putra, seorang pemilik retail dan grosir rokok tingwe yang berlokasi di BTR 3, Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Putra sudah berkecimpung sebagai penjual rokok tingwe sejak 2020 dengan menjual beragam jenis tembakau rajangan dari berbagai merek dengan beragam kualitas dan cita rasa, seperti rasa rokok kemasan yang sudah populer serta rasa aneka buah2an dan minuman segar.

"Saat ini ada banyak pilihan jenis dan rasa untuk tembakau rokok tingwe. Untuk jenis tembakau yang paling favorit itu ada merk Queenbee dan Superior karena enak dan varian rasanya yang banyak. Kalau untuk rasa, yang paling favorit itu biasanya rasa mild dan apel. Rata-rata pelanggan lebih suka itu," jelasnya.

Saat ini, rata-rata Putra mengaku mampu mendistribusikan/menjual tembakau tingwe antara 4-6 ton per bulannya. Tidak hanya mendistribusikan/menjual di wilayah Bekasi, pelanggannya tersebar sampai ke wilayah Jabodetabek hingga Sumatera.

Menurutnya, sejak Covid-19 melanda sampai sekarang ini, penikmat rokok tingwe terus tumbuh positif. Ia pun branggapan bahwa semakin mahalnya harga rokok kemasan menjadi salah satu penyebab kenapa banyak masyarakat, khususnya anak muda mulai beralih ke rokok tingwe.

Sebagai perbandingan, untuk harga satu bungkus rokok kemasan paling murah di kisaran Rp18.000 dengan isi 12 batang, sedangkan rokok tingwe yang dijual Putra di kisaran Rp10.000 yang dapat dilinting untuk 40 batang.

"Sebenarnya rokok tingwe ini, kan budaya lama kita juga. Jadi secara tidak langsung dengan rokok tingwe ini kita sudah ikut melestarikan budaya kita," ujarnya.

Selain sebagai alternatif mahalnya rokok kemasan, menurutnya, rokok tingwe ini dapat menjadi pilihan tepat bagi penikmat tembakau Tanah Air daripada harus membeli rokok illegal tanpa cukai karena merupakan perbuatan yang melanggar hukum.

Sebagai informasi, Bea Cukai semakin gencar memberantas peredaran rokok ilegal tanpa cukai di Indonesia. Pada Juni 2024 lalu, Bea Cukai berhasil mengamankan 15 juta batang rokok illegal di perairan Aceh . Sebelumnya, pada Januari 2024, Bea Cukai Jawa Tengah DIY berhasil menggagalkan peredaran 2,9 juta batang rokok illegal .

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya