ABM Investama Raih Kontrak Jasa Tambang Rp 1,6 Triliun

Kontrak tersebut untuk area tambang yang terletak di Merapi, Lahat, Sumatera Selatan.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Feb 2019, 13:33 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2019, 13:33 WIB
Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT ABM Investama Tbk (ABMM) melalui anak usahanya PT Cipta Kridatama  mendapatkan kontrak jasa pertambangan senilai USD 114 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.075 per dolar AS).

Kontrak tersebut diperoleh dari PT Muara Alam Sejahtera. Kontrak tersebut untuk area tambang yang terletak di Merapi, Lahat, Sumatera Selatan. Adapun kontrak tersebut berlaku tiga tahun dan diteken pada 25 Februari 2019.

"Dampak penandatanganan kontrak baru ini memberikan tambahan pekerjaan yaitu jasa penambangan di lokasi MAS,” tulis Sekretaris Perusahaan PT ABM Investama Tbk, Rindra Donovan dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (28/2/2019).

Adapun kontrak baru ini untuk tambahan pekerjaan di jasa penambangan di lokasi MAS untuk pemindahan material, penyewaan alat berat, dan pengangkutan batu bara. Selain itu juga menambah pendapatan sebesar USD 114 juta.

Saham ABM Investama stagnan di posisi 2.220 per saham pada Kamis pekan ini.

 

ABM Investama Jajaki Ekspor Batu Bara ke Pakistan

Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Sebelumnya, PT ABM Investama Tbk (ABMM) melalui anak usahanya PT Mifa Bersaudara menjajaki ekspor bat‎u bara ke Pakistan. Batu bara tersebut bersumber dari lokasi tambang di Aceh.

Direktur Keuangan ABM Investama, Adrian Erlangga, mengatakan Pakistan sedang  membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal tersebut dijadikan kesempatan ABM Investama untuk memperluas pasar batu baranya. Selama ini ekspor batu bara  Mifa ke Thailand, China dan India.

"Kita lagi coba ke Pakistan karena mereka mau bangun power plant," kata Adrian, di lokasi pertambangan TIA, Desa Semamban, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Jumat 28 September 2018.

Total produksi batu bara asal Aceh tersebut per September 2018 mencapai 5,3 juta ton. Untuk batu bara yang akan diekspor ke Pakistan akan dicampur dengan batu bara yang diimpor Pakistan dari Afrika Selatan, agar kalori batu bara yang didapat sesuai dengan spesifikasi pembangkit listrik.

"Kita sedang bicara. Kalorinya memadai. Kalau dia mau yang kalori tinggi, mereka impor dari Afrika Selatan. Jadi blending sama Mifa," ujar dia.

Adria mengungkapkan, Pakistan merupakan potensi pasar besar.  Lantaran, negara tersebut akan membangun banyak pembangkit. Dia menargetkan bisa ekspor batu bara ke Pakistan pada pertengahan tahun depan.

"Mereka mau bangun pembangkit banyak. Potensinya besar. Realisasi Mifa ke Pakistan mungkin pertengahan tahun depan," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya