Bursa Saham Asia Menguat Jelang Rilis Data Tenaga Kerja AS

Bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis, 6 Mei 2021 seiring pelaku pasar menanti rilis data ekonomi laporan tenaga kerja AS.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 06 Mei 2021, 08:45 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2021, 08:45 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Kamis pagi (6/5/2021) menjelang rilis data laporan tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

Hal ini seiring pelaku pasar mencermati petunjuk bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve dapat mempertahankan kebijakan moneternya.

Bursa saham Jepang kembali aktif dan mencatat penguatan setelah libur. Indeks saham Jepang Nikkei naik 1,33 persen dan indeks saham Topix menanjak 1,58 persen pada awal perdagangan saham. Indeks saham Kospi menguat 0,24 persen.

Sementara itu, indeks saham Australia melemah 0,1 persen didorong seluruh sektor saham yang tertekan. Pada perdagangan saham Kamis pekan ini di bursa saham Asia Pasifik mengikuti bursa saham AS atau wall street yang beragam. Indeks saham Dow Jones catat rekor tertinggi baru.

Laporan pekerjaan AS termasuk salah satu laporan ekonomi yang pengaruhi pasar keuangan keuangan global. Ekonom perkirakan ada tambahan tenaga kerja mencapai 1 juta pada April setelah sentuh 916.000 pada Maret 2021.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Inflasi Bakal Meningkat di AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Vice Chairman the Federal Reserve, Richard Clarida menuturkan, ada gambaran pekerjaan di AS terus membaik, perlu ada kemajuan yang cukup besar sebelum bank sentral AS akan merasa cukup nyaman untuk kembali menarik semua stimulus. Stimulus itu telah disediakan sejak pandemi COVID-19.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen menuturkan, suku bunga mungkin harus naik untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS yang berkembang pesat yang sebagian disebakan stimulus triliunan dolar AS. Kemudian ia pun klarifikasi komentarnya tentang perlunya suku bunga lebih tinggi.

“Meski pun ada jaminan terus menerus dari Yellen dan sejumlah pejabat the Federal Reserve, kenaikan inflasi yang akan datang membuktikan “sementara”, pasar jelas sedikit lebih khawatir,” ujar Senior Foreign Exchange Strategist National Australia Bank, Rodrigo Catril dilansir dari CNBC, Kamis (6/5/2021).

Ia menambahkan, harga komoditas yang menguat juga membantu mengangkat harapan inflasi.

Indeks Dolar AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, indeks dolar AS melemah 0,5 persen ke posisi 91,26. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 109,22 per dolar AS. Harga minyak cenderung tergelincir pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak AS turun 0,81 persen ke posisi USD 65,1, sedangkan harga minyak Brent susut 0,73 persen menjadi USD 68,46 per barel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya