BEI: Aplikasi Online Trading Jadi Kebutuhan Investor Milenial

Dari sisi BEI sebagai SRO juga senantiasa melakukan berbagai inovasi dan transformasi digital dalam setiap segi operasional perusahaan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Agu 2021, 19:38 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2021, 19:38 WIB
BEI Pamer Jumlah Emiten Baru Pecah Rekor
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi memamarkan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (28/12). Inarno mengatakan, jumlah etimen tahun 2018 tertinggi sejak privatisasi BEI pada tahun 1992. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejalan dengan revolusi industri 4.0, Bursa Efek Indonesia (BEI) turut mendorong transformasi digital. Terlebih lagi dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini. Peran teknologi menjadi semakin penting dalam setiap kegiatan masyarakat.

Sehubungan dengan itu, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi mengatakan ketersediaan, aplikasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan investor secara daring atau online juga menjadi sangat penting.

“Ketersediaan sistem aplikasi online trading yang mumpuni, mudah, lengkap dan aman tentu menjadi suatu kebutuhan penting bagi para investor saat ini terutama bagi para investor milenial,” ujar Inarno dalam Launching Aplikasi Online Trading MotionTrade, Kamis (26/8/2021).

Untuk diketahui, MNC Sekuritas meluncurkan aplikasi investasi terbaru, MotionTrade pada Kamis pekan ini. Aplikasi tersebut memiliki target penggabungan produk dari 50 MI yang mewakili 70 persen total dana kelolaan (AUM) di Indonesia. Inarno menilai, inovasi ini sudah ditunggu oleh investor saat ini.

Lantaran, kehadiran aplikasi online trading dan penerapan teknologi digital lainnya dalam transaksi efek juga telah menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan investor di Indonesia, utamanya selama masa pandemi.

"Untuk itu kami mengapresiasi komitmen PT MNC sekuritas untuk terus berinovasi dalam mengadakan menghadirkan pelayanan terbaik bagi para investor salah satunya melalui kehadiran MotionTrade PT MNC sekuritas,” kata Inarno.

Dari sisi BEI sebagai SRO juga senantiasa melakukan berbagai inovasi dan transformasi digital dalam setiap segi operasional perusahaan. Hal itu agar dapat tetap berlanjut dan bertumbuh pada masa pandemi ini.

Hingga 24 Agustus 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah kembali pada level sebelum pandemi yang Alhamdulillah dapat ditutup naik 1,85 persen ke level 6.089. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) naik menjadi Rp 13,3 triliun per hari, melonjak 44 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar Rp 9,21 triliun per hari.

Secara jangka panjang, kata Inarno, IHSG masih menunjukkan pertumbuhan yang positif dalam 10 tahun terakhir. Meskipun sempat mengalami penurunan di 2020 saat pandemi dimulai. Pada 2021, IHSG perlahan-lahan mulai membaik dan kembali pada posisi sebelum adanya pandemi COVID-19.

“Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih menjadi alternatif sumber pendanaan serta wadah investasi bagi masyarakat Indonesia,” kata dia.

Dari sisi supply, hingga 24 Agustus 2021 telah ada 28 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa dengan nilai penghimpunan dana Rp 29,56 triliun. Secara keseluruhan, jumlah perusahaan tercatat di Bursa saat ini mencapai 740 perusahaan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan IPO terbanyak di ASEAN.

Sejalan dengan itu, jumlah investor juga terus tumbuh. Sejalan dengan pemanfaatan teknologi online trading yang mempermudah calon investor. Hingga Juli 2021, jumlah investor pasar modal telah mencapai 5,8 juta investor.

“Kami melihat bahwa pesatnya pemanfaatan teknologi di masa new normal telah memberi dampak positif terhadap pertumbuhan investor dalam setahun terakhir. Tentunya peluncuran MotionTrade ini adalah waktu yang tepat buat MNC sekuritas untuk meluncurkan aplikasi tersebut,” kata Inarno.

Kontribusi Online Trading Meningkat

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama MNC Sekuritas, Susy Meilina menuturkan, sebelumnya, unit bisnis milik PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BACP) itu telah memiliki layanan online trading sejak 2010. Namun, saat itu kontribusinya masih minim.

Kemudian pada 2015, MNC Sekuritas mulai memantapkan langkahnya untuk fikus ada layanan online trading, seiring dengan permintaan yang kian meningkat.

Bahkan MNC Sekuritas memiliki direktur khusus untuk online trading. Saat ini, Susy mengatakan kontribusi dari online trading ini naik signifikan. Total download telah naik sebesar 4.957 persen. Total user yang dijaring naik menjadi 2.567 persen.

"Sehingga saat ini MNC Sekuritas menjadi sekuritas dengan frekuensi terbanyak nomor lima. Per Juli 2021, kami sudah mengeksekusi 16 juta transaksi selama 2021,” beber Susy.

Sejak saat itu, Susy mengungkapkan pertumbuhan nasabah meningkat hingga 600 persen, dengan total saat ini mencapai lebih dari 130 ribu nasabah.

"Total online trading yang kontribusi awalnya hanya 3 persen sekarang berkontribusi sampai 769 persen atau sekitar Rp 35 triliun sampai Juli kemarin. Ini tentunya menumbuhkan point of sales kami sebesar 308 persen. Sehingga kami per 2020 ada 143 point of sales di seluruh Indonesia," pungkasnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya