Harga Batu Bara Meningkat Berkah untuk Terminal IPCC

Hingga Agustus 2021, jumlah alat berat yang telah ditangani oleh IPCC mencapai 3.923 unit atau meningkat 39,01 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2021, 09:45 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2021, 09:45 WIB
Aktivitas Bongkar Muat di JICT Tanjung Priok
Sebuah Kapal container bersandar di pelabuhan JICT, Jakarta Utara, Rabu (25/3/2015).Pelindo II mencatat waktu tunggu pelayanan kapal dan barang sudah mendekati target pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mencatat terjadi peningkatan arus bongkar muat kargo alat berat hingga Agustus 2021.

Pada kegiatan impor, jumlah alat berat yang ditangani oleh IPCC mencapai 2.932 unit hingga Agustus 2021. Realiasi itu naik 32,79 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 2.205 unit.

Komatsu menjadi merek alat berat dengan merek menguasai pangsa pasar bongkar muat impor alat berat di Terminal IPCC berjumlah 815 unit sepanjang 2021 hingga Agustus 2021.

Untuk peningkatan sebesar 350,28 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang hanya berjumlah 181 unit. Posisi berikutnya diisi merek Kobelco dan Caterpillar dengan jumlah masing-masing 788 unit dan 332 unit.

Sedangkan kegiatan ekspor alat berat, merek Hitachi menjadi primadona. Dengan jumlah 804 unit, realisasi itu telah meningkat 50,84 persen dibandingkan tahun sebelumnya hanya 533 unit. Setelah Hitachi, alat berat merek Sumitomo sebanyak 535 unit dan Caterpillar sebanyak 164 unit.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kegiatan Pasar Domestik

Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di Terminal Domestik, kegiatan bongkar muat alat berat pun juga turut mengalami kenaikan. Permintaan akan alat-alat berat di sejumlah wilayah di luar Jakarta maupun pulau Jawa memberikan peningkatan aktivitas bongkar muat pada segmen ini.

Hingga Agustus 2021, jumlah alat berat yang telah ditangani oleh IPCC mencapai 3.923 unit atau meningkat 39,01 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu dengan jumlah 2.822 unit.

Adanya peningkatan harga batu bara tampaknya memberikan imbas secara tidak langsung pada kinerja bongkar muat di Terminal IPCC. Bagi IPCC, kesempatan ini merupakan momentum yang baik untuk dapat meningkatkan kinerjanya sehingga tahun ini bisa memperoleh hasil yang bisa lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Saat masa pandemi COVID-19 pada 2020, kegiatan bongkar muat relatif sepi. Akhirnya dimanfaatkan oleh IPCC untuk membenahi sarana infrastruktur dan sistem pelayanan yang ada. Dampaknya pembenahan internal terasa pada 2021. IPCC telah siap dalam melakukan pelayanan bongkar muat kargo kendaraan, terlebih untuk kargo Alat Berat beserta dengan spare parts-nya.

Tidak hanya itu, IPCC juga terus melakukan transformasi bisnis baik dari sisi bisnis dan operasional maupun keuangan. Transformasi yang telah dilakukan ialah meningkatkan standar pelayanan kepada para pelanggannya, melakukan digitalisasi sistem untuk memudahkan dan membantu pelayanan kepada pelanggan serta terkoneksi antar sistem baik dari sisi internal IPCC, automaker, shipping line, maupun customs (Bea Cukai).

Dengan semakin pulihnya industri otomotif yang diikuti dengan proses transformasi bisnis yang sedang dikembangkan oleh IPCC.

Ditambah penjajakan aliansi kerja sama bisnis dengan sejumlah stakeholders dapat berimbas positif pada kinerja keuangan dan operasional IPCC. Sehingga bisa meningkatkan value para investor dan pemegang saham melalui peningkatan harga saham IPCC.

Sentimen Harga Batu Bara

Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Kenaikan bongkar muat itu juga didorong dari sentimen meningkatnya harga komoditas batu bara global beberapa periode terakhir ini memberikan sentimen positif pada kinerja perusahaan penghasil dan kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.

Sejumlah emiten batubara pun diperkirakan dapat terangkat kinerjanya seiring imbas kenaikan harga komoditas batu bara global.

Adanya kenaikan harga batu bara global seiring dengan meningkatnya harga gas alam untuk pembangkit listrik dunia. Harga batu bara acuan (HBA) mengalami penguatan hingga ke level USD150,03 atau Rp 2.14 juta (estimasi kurs Rupiah Rp 14.308) per ton pada September 2021.

Di samping itu, meningkatnya kebutuhan akan komoditas batubara dari China, Korea Selatan, dan Kawasan Eropa karena adanya potensi krisis energi turut mendukung kenaikan tersebut.

Meningkatnya harga gas alam untuk pembangkit listrik tentunya membuat biaya pembangkit listrik menjadi lebih tinggi. Akibatnya, mereka beralih menggunakan bahan bakar batu bara yang dinilai lebih murah dibandingkan dengan menggunakan gas alam.

Di pasar spot komoditas global, harga batubara New Castle mengalami kenaikan hingga ke level USD 208,85 sebanding Rp 2,9 juta per 28 September 2021. Jika dihitung secara Year to Date maka kenaikan ini mencapai 158,16 persen dari posisi pada akhir 2020 di level USD 80,90 atau Rp 1,157 juta. 

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya