Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan seorang investor dalam mencari cara terbaik mengelola keuangan sering kali penuh dengan perubahan dan keputusan besar.
Salah satunya adalah peralihan dari investasi konvensional ke pasar modal syariah, yang bukan hanya mengubah pola investasi, tetapi juga membawa dampak positif pada kesejahteraan finansial dan spiritual.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang dibagikan oleh Mompreneur dan Founder Ngerti Saham, Frisca Devi Choirina, yang sebelumnya merupakan penggemar saham-saham bank besar (big bank), keputusan untuk hijrah ke pasar modal syariah pada 2017 bukanlah hal yang mudah.
Advertisement
Namun, dengan tekad dan keyakinan, perjalanan tersebut ternyata membawa berkah dan keuntungan yang tidak hanya terlihat dalam angka, tetapi juga dalam kedamaian hati dan tujuan hidup yang lebih besar.
Sejak 2010 hingga 2016, Frisca merupakan investor konvensional yang mengandalkan saham-saham big bank seperti BBCA dan BBRI untuk meraih keuntungan.
Namun, pada 2017, dia merasa terpanggil untuk hijrah atau beralih ke pasar modal syariah. Peralihan ini bukanlah hal yang mudah, karena beralih dari saham-saham konvensional ke saham-saham syariah membutuhkan komitmen untuk menghindari saham-saham yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
"Dulu aku penggemar berat big banks. BBCA, lah. King and Queen kita nyebutnya. King BBCA, queen BBRI dan yang lainnya. Karena memang gampang banget nyari cuan di big bank itu. Namun, pada tahun 2017, ada dorongan yang kuat untuk mencoba pasar modal syariah. Bismillah waktu itu hijrah pengen yang cuannya biar jadi berkah," ujarnya dalam diskusi HERSHARE 2025, dikutip Minggu (27/4/2025).
Meski awalnya berat, dia tetap yakin pasar modal syariah bisa memberikan keuntungan, meskipun sering kali ada godaan untuk kembali ke saham-saham konvensional yang lebih mudah memberikan keuntungan dalam jangka pendek. "Ya pelan-pelan aja istiqomahnya gitu... Nyatanya ya tetep bisa cuan kok ya," kata dia.
Melihat Hasil Positif
Dengan kesabaran dan istiqomah, Frisca berhasil melihat hasil positif dari peralihannya. Menurutnya, meskipun seringkali godaan besar datang dari saham-saham big cap, hasil dari investasi di pasar modal syariah terbukti memberikan keuntungan yang lebih konsisten dan tentunya membawa berkah.
Penting untuk dicatat bahwa perubahan ke arah pasar modal syariah tidak harus dilakukan secara drastis. Frisca sendiri memerlukan waktu beberapa tahun untuk benar-benar membersihkan portofolionya dari saham-saham non-syariah.
Oleh karena itu, berinvestasi dengan prinsip syariah bukanlah sebuah keputusan yang instan, melainkan suatu perjalanan yang membutuhkan ketekunan dan keyakinan akan hasil yang lebih baik di masa depan.
"Ga apa pelan-pelan. Aku aja butuh waktu dari 2017 mungkin ke 2018 tahunan lah. Baru bener-bener portfolio bersih dari saham-saham non syariah," imbuh Frisca.
Advertisement
59% Kapitalisasi Pasar Indonesia Didominasi Saham Syariah, BEI Beberkan Prospeknya
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyoroti perkembangan pesat pasar modal syariah Indonesia yang telah menjadi daya tarik utama bagi investor domestik dan internasional.
"Pasar modal syariah Indonesia telah berkembang dengan pesat dan semakin menarik di mata investor," ungkap Jeffrey. Pengakuan global terhadap pasar modal syariah Indonesia, di antaranya seperti penghargaan the best Islamic capital market dari Global Islamic Finance Award selama empat tahun berturut-turut.
Menurut Jeffrey, ini adalah bukti nyata kemajuan pasar modal syariah Indonesia. Sejak dimulainya inisiatif pasar modal syariah, BEI telah mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam jumlah saham syariah yang terdaftar.
"Dalam lima tahun terakhir, jumlah saham syariah yang tercatat di BEI meningkat 55,71%, dari 429 saham menjadi 668 saham syariah. Ini menunjukkan antusiasme yang besar terhadap investasi berbasis syariah di Indonesia," jelas Jeffrey.
Pasar modal syariah Indonesia juga berhasil mencatatkan kontribusi signifikan terhadap kapitalisasi pasar secara keseluruhan. Saat ini, saham syariah menyumbang 59% dari total kapitalisasi pasar yang mencapai lebih dari 11.000 triliun rupiah.
Bahkan, kontribusi saham syariah terhadap transaksi harian di pasar modal Indonesia mencapai 52% dalam hal nilai transaksi, 72% dalam frekuensi transaksi, dan 58% dalam volume transaksi. Salah satu inovasi besar yang menjadi kebanggaan Indonesia adalah pengembangan online trading system syariah yang pertama di dunia.
"Beberapa tahun lalu, CEO Abu Dhabi Stock Exchange datang ke Indonesia untuk belajar tentang sistem ini, yang memungkinkan investor di seluruh Indonesia, termasuk di daerah seperti Sulawesi Selatan, untuk bertransaksi saham syariah dengan mudah dan terjangkau," tambah Jeffrey.
Kemajuan Pasar Modal Indonesia Syariah
Kemajuan pasar modal syariah Indonesia juga mencakup aspek lain, seperti mekanisme transaksi yang telah memenuhi prinsip syariah, dari proses di bursa hingga penyelesaian transaksi.
BEI juga memperkenalkan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi investor, termasuk program Invest Troopers, IDX Islamic Challenge, dan IDX Islamic Dare to Invest.
Dengan berbagai pencapaian tersebut, Jeffrey optimis bahwa pasar modal syariah Indonesia akan terus berkembang, memberikan peluang bagi lebih banyak investor, terutama perempuan, untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi syariah di Indonesia.
"Kami berharap melalui program-program ini, lebih banyak perempuan, terutama di Sulawesi Selatan, dapat berinvestasi dan menjadi bagian dari pertumbuhan pasar modal syariah yang berkelanjutan," ujar dia.
Melalui penyelenggaraan HERSHARE 2025 diharapkan semakin banyak perempuan yang terlibat aktif dalam berinvestasi khususnya di pasar modal syariah Indonesia.
Stigma investasi bersifat rumit dan hanya bisa dilakukan oleh laki-laki dapat berubah sehingga inklusi pasar modal menjangkau semua gender dan latar belakang masyarakat Indonesia. Selain itu pula, ke depannya diharapkan inklusi dan partisipasi perempuan di pasar modal syariah Indonesia semakin meningkat dengan berbekal pengetahuan yang juga memadai.
Advertisement
