Bursa Saham Asia Bervariasi Setelah Harga Minyak Merosot 3 Persen

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin, 28 Maret 2022 yang dipengaruhi koreksi harga minyak.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 28 Mar 2022, 08:58 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2022, 08:58 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Senin pagi, (28/3/2022). Hal itu disebabkan oleh harga minyak yang turun lebih dari 3 persen.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 tergelincir 0,42 persen sedangkan indeks Topix turun 0,1 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,7 persen.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,19 persen pada perdagangan  Senin pagi. Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,11 persen lebih rendah.

Harga minyak turun di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional minyak mentah berjangka Brent turun 3,41 persen menjadi USD 116,54 per barel. Minyak mentah berjangka AS tergelincir 3,4 persen menjadi USD 110,03 per barel.

Melansir CNBC, berdasarkan data yang dirilis selama akhir pekan menunjukkan keuntungan industri China tumbuh dalam dua bulan pertama tahun ini. Laba di perusahaan industri China naik 5,0 persen untuk periode Januari hingga Februari dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis Minggu.

Investor telah mengamati petunjuk tentang pelonggaran kebijakan dari otoritas China di tengah kekhawatiran atas prospek kekuatan ekonomi karena bergulat dengan masalah seperti wabah Covid terburuk sejak puncak awal pandemi pada awal 2020.

Pasar akan memantau saham Meituan dan saham teknologi China lainnya di Hong Kong. Meituan pada Jumat membukukan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk tiga bulan terakhir pada  2021.

Pendapatan perusahaan untuk kuartal keempat mencapai 49,52 miliar yuan (USD 7,78 miliar), di atas ekspektasi analis rata-rata 49,2 miliar yuan, menurut data dari Refinitiv Eikon.

Indeks USD berada di 98,864 menyusul kenaikan baru-baru ini dari bawah 98,7. Yen Jepang diperdagangkan pada 112,22 per dolar, lebih lemah dari level di bawah 120 yang terlihat terhadap greenback minggu lalu. Sedangkan, dolar Australia berada di 0,7519, setelah naik dari bawah 0,74 minggu lalu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street Bervariasi di Tengah Kebijakan The Fed Bakal Agresif

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 25 Maret 2022. Indeks S&P 500 naik pada perdagangan Jumat pekan ini sehingga mendorong penguatan selama sepekan di tengah investor mempertimbangkan kenaikan suku bunga dan perang di Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 153,3 poin atau 0,4 persen menjadi 34.861,24. Indeks S&P 500 menguat 0,5 persen menjadi 4.543,06. Indeks Nasdaq tergelincir sekitar 0,2 persen menjadi 14.169,30.

Rata-rata tiga indeks acuan mencatat kenaikan mingguan berturut-turut. Indeks Dow Jones naik 0,3 persen, indeks S&P 500 menguat 1,8 persen dan indeks Nasdaq reli hampir dua persen pada pekan ini.

Indeks S&P 500 menguat sekitar 3,9 persen pada Maret sehingga menghapus penurunan sejak Rusia invasi Ukraina akhir bulan lalu. Di sisi lain, kenaikan wall street juga telah terjadi bahkan ketika perang di Ukraina berlanjut dan suku bunga melonjak. Adapun bank sentral AS akan menaikkan suku bunga beberapa kali lagi pada 2022.

“Saham menguat meski the Fed hawkish dan kekhawatiran stagflasi, karena banyak yang percaya tidak ada alternatif selain saham,” ujar Chief Investment Officer UBS Global Wealth Management, Mark Haefele, dilansir dari CNBC, Sabtu (26/3/2022).

Suku bunga acuan bertenor 10 tahun pada Jumat, 25 Maret 2022 menyentuh posisi tertinggi baru 2,5 persen. Hal ini seiring investor menilai sikluas kenaikan suku bunga yang lebih agresif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya