Trivia Saham: Mengenal C-BEST, Sistem KSEI yang Mampu Selesaikan Transaksi 150 Ribu per Hari

Trivia saham kali ini membahas C-Best yang sedang dilakukan peremajaan sistem oleh KSEI.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Agu 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2022, 06:00 WIB
Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Kustodian Sentral efek Indonesia (KSEI) melakukan peremajaan sistem yang digunakan untuk penyimpanan dan penyelesaian transaksi di pasar modal, yaitu The Central Depository and Book-Entry Settlement System (C-BEST).

Peremajaan yang dilakukan pada 23 Juli 2022 meliputi pembaruan server dan kenaikan versi sistem operasi untuk mendukung rencana strategis KSEI dan perkembangan pasar modal.

Dengan pembaruan ini, performance C-BEST akan meningkat baik dari sisi kapasitas maupun kecepatan dalam melakukan proses penyelesaian transaksi.

Kecepatan sistem dalam melakukan proses penyelesaian transaksi menjadi 150 ribu per menit dari sebelumnya 20 ribu per menit, atau meningkat 650 persen.

Proses pembukaan rekening di C-BEST juga sudah dapat dilakukan secara otomatis real time host to host dengan sistem back office pemegang rekening KSEI, sehingga menjadi lebih cepat dan dapat mendukung penyederhanaan proses pembukaan rekening.

Melansir laman KSEI, Minggu (7/8/2022), C-BEST merupakan sistem komputerisasi berteknologi tinggi yang dirancang untuk menggantikan sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek yang dilakukan secara manual.

Fitur ini hanya dapat diakses oleh pemegang rekening KSEI. Sejak diberlakukannya perdagangan efek tanpa warkat (scripless trading), maka seluruh efek yang tersimpan di C-BEST ditransaksikan di Bursa Efek.

Komunikasi antara pemegang rekening dan KSEI dilakukan melalui pemberian instruksi, inquiry aktivitas serta pemberian laporan melalui aplikasi C-BEST yang dapat diakses melalui internet. Sebagai sistem pemindahbukuan yang berteknologi tinggi, C-BEST akan memberikan kenyamanan, keamanan dan efisiensi bagi pemakai jasa KSEI.

Selain mengurangi beban penyelesaian transaksi, baik dari segi waktu, biaya atau sumber daya manusia, C-BEST juga mampu menjamin keamanan penyelesaian transaksi seperti saham hilang, palsu atau dicuri dan mempermudah pembagian corporate action.

Seiring dengan meningkatnya kenyamanan dan keamanan dalam bertransaksi, secara otomatis penyelesaian transaksi yang sangat tinggi pun akan dapat dilaksanakan secara efisien dan dengan tingkat akurasi yang tinggi.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Mengenal Floating Gain dan Loss

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, aktivitas investasi secara garis besar berujung pada untung dan rugi. Namun, sebelum buru-buru menyimpulkan rugi atau untung, bisa jadi investor tengah berada dalam posisi floating. Kondisi ini terjadi sebelum investor memutuskan untuk menjual sahamnya.

Dalam hal ini, terdapat istilah floating loss dan floating gain. Melansir berbagai sumber, ditulis Minggu (24/7/2022), floating loss dapat diartikan sebagai kondisi di mana kerugian dari penurunan harga saham yang belum direalisasikan.

Sebagai gambaran, seseorang membeli saham ABCD seharga Rp 2.000 per lembar. Namun, selama saham tersebut disimpan, harganya telah turun menjadi Rp 1.500 per lembar, sementara belum diputuskan untuk menjualnya.

Kondisi tersebut disebut sebagai floating loss. Di mana investor sudah rugi tetapi belum rugi secara materiil karena tak menjual sahamnya. Alasan seseorang tidak menjual saham ketika harga turun, kemungkinan ia memiliki keyakinan dan analisa bahwa saham akan kembali naik suatu saat nanti.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Selanjutnya

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lalu, apa itu floating gain?

Prinsipnya sama dengan floating loss. Bedanya, kondisi ini terjadi pada tren harga saham yang naik, tapi investor belum melakukan aksi jual. Sehingga secara materiil belum mengantongi profit karena belum ada transaksi. Misalnya, seseorang membeli saham ABCD seharga Rp 2.000 per lembar.

Selama ia menyimpan saham ABCD, telah terjadi kenaikan harga menjadi Rp 2.500 per saham. Artinya orang tersbeut mengantongi untung Rp 500 per lembar, tetapi ia memutuskan untuk tidak menjual saham ABCD.

Alasannya bisa beragam. Mungkin orang tersebut memiliki keyakinan dan perhitungan harga saham akan bergerak lebih tinggi. Sehingga secara akumulatif dapat memberikan imbal hasil yang besar di kemudian hari.

 

Mengenal Jenis Grafik di Pasar Modal

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelum mulai investasi saham, calon investor perlu melakukan analisis. Secara garis besar, analisis dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yakni secara teknikal atau fundamental.

Khusus untuk analisis fundamental, calon investor perlu mempelajari jenis grafik saham. Calon investor tetap bisa melakukan analisa sesuai kebutuhan investasinya. Misalnya untuk jangka pendek atau trading.

Investor pemula juga memiliki pilihan grafik atau chart yang lebih sederhana agar tetap cermat dalam menganalisa gerak saham dan terhindar dari beli saham karena FOMO.

Melansir laman instagram ajaib_investasi, Minggu (29/5/2022), ada tiga jenis grafik saham. Pertama, line chart. Grafik ini berbentuk garis naik dan turun yang menghubungkan titik-titik penting data. Line chart paling simple dan mudah dibaca karena informasinya hanya data penutupan harga.

Grafik ini cocok untuk investor pemula dan bisa membantu terhindar dari ‘paralysis by analysis’ akibat terlalu banyak informasi. Tapi karena informasinya minim, line chart kurang cocok untuk scalping karena staanya kurang akurat untuk time frame kecil.

Kedua, ada bar chart. Grafik berbentuk bar yang mewakili tentang perdagangan saham untuk periode tertentu. Informasinya meliputi harga pembukaan (open), harga penutupan (close), harga tertinggi (high) dan terendah (low) pada periode tersebut.

Grafik ini merupakan salah satu favorit trader karena informasinya cukup lengkap Ketiga, dan yang paling banyak digunakan oleh analis maupun trader, yakni candlestick chart.

Secara garis besar, informasi grafik ini sama seperti bar chart. Yaitu meliputi rentang perdagangan saham pada periode tertentu seperti menit, hari, bulan, maupun tahun.

Secara umum, bentuk visual grafik ini lebih banyak disukai trader dan bisa memberi informasi lengkap. Dilengkapi dengan kode warna dan visual yang lebih kaya dalam merepresentasikan data.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya