GMF Gandeng Pelaku Industri Lokal demi Perkuat Ekosistem Aviasi Nasional

Direktur Utama GMF, Andi Fahrurrozi menuturkan, GMF ingin untuk dapat menjadi tulang punggung dari peningkatan kualitas yang menyeluruh dari ekosistem industri aviasi Indonesia.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Nov 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 09:00 WIB
20150928-Garuda Resmikan Hanggar Terbesar di Dunia-Tangerang
Teknisi melakukan maintenance pesawat di Hanggar 4 GMF Aero Asia di area Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (28/9). Hanggar ini menjadi hanggar perawatan pesawat berbadan kecil terbesar di dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) turut serta dalam ajang pameran pertahanan terbesar di Asia Tenggara, Indo Defence Expo & Forum 2022 di JiExpo Kemayoran yang berlangsung pekan lalu.

Pameran yang diikuti oleh 905 perusahaan dari 59 negara ini menjadi kesempatan bagi GMF untuk memperluas penetrasi pada pasar pertahanan yang menjadi salah satu strategi diversifikasi bisnis yang dikedepankan untuk mewujudkan pemulihan berkelanjutan.

Pada hari pertama penyelenggaraan, GMF berhasil mengantongi beberapa kerja sama dengan pelaku industri tanah air yang datang dari beberapa sektor. Antara lain PT Ateja Multi Industri (Ateja) yang merupakan perusahaan manufaktur kain standar internasional, PT Indonesia Polyurethane Industry (IPI) yang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang polymer-based component.

Selain itu, PT PUDAK Scientific (PUDAK) yang bergerak di bidang manufaktur part dan komponen, dan PT MuladaTU (MuladaTU) yakni stasiun perbaikan yang disertifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA), Amerika Serikat, untuk spare part pesawat, wheel, brake, dan landing gear.

Langkah GMF menggandeng pelaku industri tanah air dari berbagai bidang ini menjadi sebuah bentuk kontribusi GMF untuk mewujudkan ekosistem aviasi nasional yang memanfaatkan secara maksimal Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Direktur Utama GMF, Andi Fahrurrozi menuturkan, GMF ingin  untuk dapat menjadi tulang punggung dari peningkatan kualitas yang menyeluruh dari ekosistem industri aviasi Indonesia.

"Ekosistem industri aviasi tak hanya terdiri dari airlines, MRO, regulator, otoritas, tetapi banyak industri lintas sektor yang dapat menopang pengembangannya, GMF percaya elemen- elemen pendukung tersebut dapat menjadi akselerator pengembangan ekosistem aviasi ke depannya,” ucap Andi dalam keterangan resmi, Senin (7/11/2022).

 

Kolaborasi

Garuda Maintenance Facility.
Garuda Maintenance Facility. (Foto: GMF)

Dengan tetap mengedepankan standar kualitas, GMF berharap berbagai komponen dan part yang selama ini mengandalkan pasokan dari luar negeri dapat secara bertahap diproduksi dan disediakan oleh perusahaan manufaktur lokal.

Dalam gelaran Indo Defence, GMF dan IPI menyepakati kerja sama dalam produksi Part Manufacturer Approval (PMA) plastic dan rubber part. Selanjutnya dengan Ateja, GMF menyepakati kerja sama dalam hal modifikasi, desain, dan produksi bahan kain yang dipergunakan sebagai seat cover pada pesawat terbang serta curtain.

Adapun kerja sama dengan PUDAK Scientific akan meliputi pembuatan PMA parts, contraworks electroplating & anodizing, pemanfaatan laboratorium kalibrasi GMF, dan pembuatan tools & IMTE.

Sedangkan dengan MuladaTU, GMF akan berkolaborasi untuk operasional MRO dan peningkatan in-house shop, pengembangan produk dan kemampuan untuk pemeliharaan komponen dan landing gear, dan berbagi sumber daya untuk komponen, technical publications, dan pemeliharaan landing gear hingga layanan overhaul item terkait lainnya.

Pulihnya Penerbangan Komersial Topang Kinerja GMF Aero Asia

20151106-Hanggar 4 GMF Kurang Teknisi, Pembenahan Pesawat Terhambat
Teknisi tengah melakukan perbaikan pesawat di Hanggar 4 GMF, Tangerang, Jumat (6/11/2015). Untuk mendukung operasional hanggar tersebut dibutuhkan setidaknya ratusan teknisi hingga akhir tahun.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) melakukan restrukturisasi bisnis secara maksimal untuk mendapatkan peluang pendapatan.

"GMF percaya program optimalisasi dan restrukturisasi fasilitas dengan kreditur dapat menjadi mitigasi atas permasalahan ini, restrukturisasi bisnis pun dimaksimalkan untuk mendapat peluang pendapatan,” kata Direktur Utama GMF Aero Asia, Andi Fahrurrozi dalam konferensi pers, Jumat (2/9/2022).

Dia menambahkan, penerbangan komersial yang sudah mulai pulih mampu mendulang pendapatan GMF melalui program reaktivasi pesawat.

"Penerbangan komersial membaik mendulang pendapatan GMF lewat program reaktivasi pesawat yang telah lama grounded di masa pandemi,” kata Andi.

Selain itu, armada Garuda Indonesia menjadi prioritas dalam reaktivasi tersebut, ini menjadi salah satu dukungan GMF setelah PKPU.

“Pesawat Garuda yang nantinya setelah reaktivasi menjadi penopang perbaikan kinerja Garuda yang lebih optimal,” ujar dia.

Kemudian, GMF juga menjelaskan target penyelesaian reaktivasi pesawat tersebut. "Timeline Boeing 737 dan Airbus A320 dengan target penyelesaian Desember 2022. Airbus A330 target penyelesaian Juni 2023 dan Boeing 777 target penyelesaian Desember 2023,” kata Andi.

 Saat ini, GMF Aero Asia menangani kuartal pertama airframe 55 event dan mayoritas saat ini widebody 90 persen dari Timur Tengah, Eropa Timur dan Barat.

"Sedangkan, untuk regional narrow body mayoritas masih domestik grup non group Filipina, Thailand, Korea dan Vietnam,” kata dia.

Saat ini tantangan terbesar dari rantai pasok yang membuat penyelesaian menjadi lebih lama dari biasanya.

"Jadi saat ini tantangan terbesar supply chain menantang shipment dari AS, Eropa dua tiga hari sekarang tujuh hari. Penyelesaian jadi lebih lama dari biasanya. Tapi kami targetkan pesawat narrow body Garuda Citilink bisa terbang Desember 2022 dan juga yang domestik Desember 2022 menambah kapasitas maskapai beroperasi di domestik,” imbuhnya.

Strategi Perseroan

20151106-Hanggar 4 GMF Kurang Teknisi, Pembenahan Pesawat Terhambat
Teknisi tengah melakukan perbaikan pesawat di Hanggar 4 GMF, Tangerang, Jumat (6/11/2015). Hanggar milik Garuda Indonesia ini tersebut kekurangan teknisi pada tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak hanya itu, GMFI juga memiliki sejumlah strategi mulai dari jangka pendek hingga jangka panjang.

"Rencana jangka pendek yang kita lakukan mengelola likuiditas dan arus kas yang dilakukan dengan negosiasi dengan pelanggan terkait pricing dan terms of payment serta melakukan proses penagihan yang sudah selesai,” ungkapnya.

Selain itu, GMF menunda pengeluaran belanja modal pada pengembangan yang belum menjadi prioritas serta melakukan restrukturisasi utang.

"Jangka menengah GMF melakukan diversifikasi bisnis, merambah ke sektor perawatan pesawat, passenger fighter, private jet, dan pesawat angkut militer. GMF melakukan peningkatan bisnis perawatan industrial gasoline engine,” katanya.

Kemudian, untuk jangka panjang melakukan strategi melalui konsolidasi global untuk mempercepat pemulihan bisnis.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya