Liputan6.com, Jakarta - Aksi jual saham Tesla yang intensif pada Selasa, 27 Desember 2022 membawa saham Tesla turun 11 persen. Perusahaan mobil listrik Elon Musk tinggal beberapa hari lagi untuk menutup rekor bulan, kuartal, dan tahun terburuknya.
Koreksi saham Tesla melampaui Meta menjadi saham dengan kinerja terburuk pada 2022 di antara perusahaan teknologi paling berharga.
Baca Juga
Melansir CNBC, Rabu (28/12/2022), penurunan terbaru terjadi setelah The Wall Street Journal melaporkan bahwa Tesla akan melanjutkan penghentian produksi selama seminggu di fasilitasnya di Shanghai, menghadapi serangan baru kasus COVID-19 dalam tenaga kerjanya di China.
Advertisement
Reuters melaporkan, ketika pabrik Tesla di Shanghai dibuka kembali pada Januari, itu akan dilakukan hanya selama 17 hari, terlepas dari praktik Tesla yang sudah mapan. Shanghai telah digempur oleh gelombang baru infeksi Covid pada bulan ini.
Saham Tesla telah jatuh 73 persen dari rekor tertingginya pada November 2021. Saham tersebut turun 69 persen pada 2022, lebih dari dua kali lipat penurunan di Nasdaq. Di antara pembuat mobil besar, Ford turun 46 persen dan General Motors telah turun 43 persen. Sejak IPO pada 2010, Tesla hanya jatuh dalam satu tahun, turun 11 persen pada 2016.
Twitter mengeluarkan banyak uang, dan Musk menjual saham Tesla dalam jumlah besar. Menurut pengajuan pada pertengahan Desember, Musk menjual sekitar 22 juta lebih banyak saham Tesla, yang bernilai sekitar USD 3,6 miliar atau sekitar Rp 56,26 triliun (asumsi kurs Rp 15.630 per dolar AS) awal tahun ini, Musk memberi tahu jutaan pengikutnya di media sosial bahwa dia tidak merencanakan penjualan TSLA lebih lanjut setelah 28 April.
Setelah penjualan saham terbarunya, kata Musk di Twitter Spaces pada 22 Desember, ia tidak akan menjual saham apapun selama 18 sampai 24 bulan. Â
Â
Elon Musk Sebut Koreksi Saham Tesla Imbas Kenaikan Bunga The Fed
Dalam debat dengan pemegang saham Tesla, Musk menyematkan penurunan harga saham Tesla pada kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Fed, dan membuat tweet "orang akan semakin memindahkan uang mereka dari saham menjadi uang tunai, sehingga menyebabkan saham turun,".
Kata-kata Elon Musk tidak banyak membantu menenangkan investor. Volume perdagangan melewati 201 juta saham pada Selasa, angka tertinggi kedua untuk tahun ini, menurut FactSet, setelah 22 Desember. Lima hari perdagangan teratas Tesla berdasarkan volume semuanya sejak 13 Desember.Â
Kemudian, untuk Desember, Tesla telah anjlok 44 persen, sejauh ini merupakan bulan terburuk yang pernah ada, karena tidak pernah turun lebih dari 25 persen dalam satu bulan. Bahkan, pada kuartal IV saham turun 59 persen, lebih buruk dari penurunan 38 persen pada kuartal II tahun ini, yang merupakan periode terburuk dalam catatan.
Pekan lalu, Tesla memperluas diskon di Amerika Utara untuk pembeli kendaraan listrik Model 3 dan Model Y. Diskon itu datang setelah pembuat mobil menawarkan insentif di China daratan untuk penjualan mobil Desember awal bulan ini.
Tekanan juga meningkat di pasar mobil bekas, dengan harga rata-rata Tesla bekas turun 17 persen dari harga tertinggi Juli, dan Tesla bekas bertahan lebih lama dari merek lain sebelum dijual kembali.
Advertisement
Kontroversi di Twitter
Sementara itu, di Twitter Musk terus menggugah kontroversi, menyambut kembali pengguna yang sebelumnya dilarang, memungkinkan rilis lanjutan pesan internal terkait penanganan Covid di masa lalu oleh perusahaan dan konten terkait pemilu, dan menolak perubahan kebijakan.
Perusahaan telah menghentikan atau menangguhkan iklan berbayar di platform, memicu ledakan dari MuskDan Ives dari Wedbush Securities menulis dalam sebuah laporan pada Selasa, masalah kepemimpinan Musk berpotensi menimbulkan masalah yang lebih dalam bagi pembuat mobil tersebut.
"Pada saat yang sama Tesla memotong harga dan inventaris mulai membangun secara global dalam menghadapi kemungkinan resesi global, Musk dipandang sebagai 'tertidur di belakang kemudi' dari perspektif kepemimpinan," tulis Ives, yang mempertahankan rekomendasi pembeliannya di saham.
Investor Tesla ingin Musk memfokuskan kembali upayanya untuk menstabilkan perusahaan yang menyumbang sebagian besar kekayaannya. Karena penjualan yang diperpanjang, Musk menyerahkan gelarnya sebagai orang terkaya di dunia awal bulan ini kepada ketua dan CEO LVMH Bernard Arnault, menurut Forbes.
"Saya pikir dia benar-benar perlu fokus pada operasi, fokus memberi kami mobil-mobil hebat," kata Analis Roth Capital, Craig Irwin.Â
Analis di Roth Capital yang mempertahankan peringkat pada saham dan target harga USD 85.
Â
Â
Penutupan Wall Street 27 Desember 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 27 Desember 2022. Indeks S&P 500 merosot pada awal pekan ini seiring imbal hasil obligasi naik dan investor menimbang prospek ekonomi pada 2023.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 37,63 poin atau 0,11 persen ke posisi 33.241,56. Indeks S&P 500 tergelincir 0,4 persen menjadi 3.829,25. Indeks Nasdaq terpangkas 1,38 persen menjadi 10.353,23.
Saham yang berkaitan dengan China menguat. Hal tersebut didorong sentimen China melonggarkan pembatasan COVID-19. Saham Tesla turun lebih dari 11 persen di tengah berita tentang jeda produksi yang diperpanjang selama sepekan di Shanghai.
Penghentian produksi itu lataran kasus COVID-19 meningkat. Sentimen itu juga mendorong saham Tesla alami kinerja buruk tahunan yang pernah ada. Dengan demikian memicu aksi jual saham Tesla yang berlanjut pada Selasa pekan ini.
Sepanjang Desember 2022, saham Tesla turun lebih dari 42 persen.Saham Tesla juga merosot lebih dari 57 persen sejak awal kuartal dan hampir 68 persen pada 2022. Koreksi saham Tesla juga terjadi di tengah akuisisi Twitter oleh CEO Elon Musk.
Southwest turun hampir 6 persen karena maskapai menimbulkan ribuan penerbangan.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi juga menguat sehingga memberikan tekanan pada saham pertumbuhan atau growth stock seperti teknologi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik hampir 11 basis poin ke posisi 3,85 persen. Sementara itu, saham Apple mencatat kinerja buruk di Dow Jones, jatuh ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2021. Saham Apple melemah 1,4 persen.
Advertisement