Liputan6.com, Jakarta - Kisruh rumah tangga Yama Carlos dan Arfita Dwi Putri yang memanas bulan lalu akhirnya mereda. Yama Carlos menjelaskan, proses perdamaian dengan istri terjadi sebelum Lebaran.
Seperti diketahui, bulan lalu, Yama Carlos meradang dan menuding Arfita Dwi Putri selingkuh dengan seorang pengacara berinisial R.
Konflik makin runcing setelah Arfita Dwi Putri membantah tudingan Yama Carlos. Arfita Dwi Putri kemudian curhat bahwa Yama Carlos memisahkannya dari buah hati.
Advertisement
Jalan damai disebut Yama Carlos sebagai langkah terbaik meski orang-orang di sekitarnya menginginkan perpisahan.
Baca Juga
Keputusan Berat
“Mungkin karena ada sesuatu yang saya buat dan itu menyebabkan kekacauan. Orang-orang di luar sana (ada) yang tidak suka dan berharap kami pisah, saya tabrak keinginan mereka. Sebelum Lebaran, kami sudah baikan dan berkumpul kembali. Keputusan untuk damai memang berat tapi itu yang Tuhan mau,” ujar Yama Carlos di Jakarta Selatan, Senin (17/6/2019).
Kepada Showbiz Liputan6.com, Yama Carlos mengaku, sebelum memilih jalan damai, ia konsultasi dengan pendeta dan sahabatnya yang juga pengacara. Pendeta mengingatkan Yama Carlos bahwa dunia menyetujui perceraian.
Namun sebagai kepala keluarga, Yama Carlos diharapkan bijaksana dan tidak mengikuti kemauan dunia. “Akhirnya saya mengikuti maunya Tuhan. Saya membuang semua yang berhubungan dengan ego, emosi, dan dendam,” sambung bintang film Rumah Merah Putih.
Advertisement
Salahkan Diri Sendiri
Jika mengandalkan kekuatan dan emosi, bisa jadi saat ini Yama Carlos dan Arfita Dwi Putri bertemu di pengadilan. Daripada mengikuti emosi, Yama Carlos memilih menyalahkan diri sendiri.
“Saya mengaku kepada Ibu Pendeta sayalah yang salah dan harus dibetulkan. Awalnya saya ingin mengubah seseorang tapi itu bukan cara yang bijaksana. Kalau mau membuat perubahan, ubah dulu diri sendiri, berani menyalahkan serta menunjuk diri sendiri,” beber Yama Carlos.
Ia menambahkan, “Lebih baik saya mengakui bahwa saya yang salah dan kurang, lalu menyembuhkan diri sendiri dulu. Baru kemudian menjadi cermin bagi keluarga saya.” (Wayan Diananto)