Psikolog Kaji Fenomena Hubungan Ayah dan Anak Menghangat Setelah Nonton Miracle In Cell No. 7

Psikolog anak Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi., menyorot hubungan ayah dan anak di film Miracle In Cell No. 7.

oleh Wayan Diananto diperbarui 21 Sep 2022, 20:33 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2022, 20:20 WIB
Miracle In Cell No. 7 Tembus 1 Juta Penonton.
Salah satu adegan Miracle In Cell No. 7 menampilkan interaksi Kartika dengan ayahnya. (Foto: Dok. Instagram @falconpictures_)

Liputan6.com, Jakarta Setelah menonton Miracle In Cell No. 7 seorang bocah laki-laki meringkuk di kursi sambil menangis tersedu-sedu. Beberapa teman yang duduk di dekatnya mengusap punggung untuk menenangkannya. Video ini viral di TikTok dan diunggah ulang Hanung Bramantyo.

Lewat akun Instagram terverifikasinya, sutradara film Miracle In Cell No. 7 mencuit, “Ya Allah, nak. Saya nggak tahu ada kisah apa di balik kesedihannya. Yang jelas, ngliat ini rasanya pengen meluk.”

Video yang diunggah akun TikTok @amw903 itu hanyalah satu dari sekian banyak momen haru yang bertebaran di jagat maya. Fenomena ini menarik perhatian psikolog anak Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi.

Menurutnya, film melibatkan emosi-emosi dari setiap karakter. Dari segi penceritaan, penonton dibawa masuk untuk mengenal para tokoh lebih dulu. Di fase ini penonton membangun empati terhadap tokoh-tokoh.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Membangun Emosi

Poster film Miracle In Cell No. 7. (Foto: Dok. Instagram @t_orasudi_ro)
Poster film Miracle In Cell No. 7. (Foto: Dok. Instagram @t_orasudi_ro)

“Musiknya pun dipilih yang sesuai dan biasanya memang musik tersebut tujuannya membangun emosi yang sedang ditampilkan dalam adegan film,” ulasnya lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Selasa (20/9/2022).

“Untuk anak-anak yang menangis dan memeluk orangtuanya setelah menonton, artinya mereka punya kepekaan emosi yang baik,” kata Jane seraya mengingatkan, menangis adalah wajar. Tangisan bisa jadi tanda empati, merasakan yang dirasakan orang lain.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Disabilitas Intelektual

Poster film Miracle in Cell No. 7. (Foto: Dok. Instagram @hanungbramantyo)
Poster film Miracle in Cell No. 7. (Foto: Dok. Instagram @hanungbramantyo)

Film yang baik bisa menjadi bahan diskusi dalam hal ini anak dengan ayah dan atau ibunya. Karenanya, orangtua jangan ragu menanyakan kesan anak setelah menonton film atau tayangan sesuai usia mereka.

“Saya sudah menonton filmya. Bagus dalam menggambarkan kedekatan ayah dan anak. Vino bisa deliver karakter Dodo, individu dengan disabilitas intelektual secara baik. Ini membantu masyarakat lebih aware kepada kondisi individu dengan disabilitas intelektual,” urainya.

 


Anak Mengasuh Orangtua

Teaser poster film Miracle in Cell No. 7. (Foto: Dok. Falcon Pictures/ IMDb)
Teaser poster film Miracle in Cell No. 7. (Foto: Dok. Falcon Pictures/ IMDb)

Lebih lanjut, Miracle In Cell No. 7 menampilkan konsep unik anak mengasuh orangtua khususnya saat Kartika cilik menyiapkan bekal, handuk, dan baju ganti untuk bapaknya yang bekerja.

“Kemudian mengingatkan ayahnya makan, dan ketika bapaknya bekerja jualan balon, anaknya mengantarkan balon-balonnya dan meminta fee yang fair ke pembeli,” pungkasnya.

infografis perfilman indonesia
Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya