Duo Santamonica Mengais Materi Lama yang Terlupakan untuk Sambut 20 Tahun Berkarya, Berbuah Album Mini Aquarius

Duo Santamonica bertransformasi lebih dewasa setelah 20 tahun berkarya lewat EP (extended play) atau album mini Aquarius yang menampilkan dua track.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 01 Mar 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2023, 06:00 WIB
Santamonica
Duo Santamonica saat perilisan EP Aquarius pada Februari 2023. (Dok. via Sinjitos Collective)

Liputan6.com, Jakarta Dua puluh tahun sejak kelahirannya di ranah musik independen Tanah Air, grup duo bernama Santamonica menghadirkan kejutan manis kepada para penggemarnya memasuki awal tahun 2023 ini.

Duo electro-pop yang digawangi Anindita Saryuf (Sistine) dan Joseph Saryuf (Iyub) ini, hadir dengan EP (extended play) alias album mini berjudul Aquarius yang terdiri dari dua trek, "Aquarius" dan "Wanderlust (Reimagined)".

Rilisan baru ini hadir menyusul kesuksesan besar konser showcase Santamonica bertajuk "Wanderlust" yang diselenggarakan mereka pada 27 Desember 2022 silam.

Dengan promosi yang minimal, mereka berhasil menggerakkan para penggemar untuk berkumpul di Dingdong Disko, Jakarta. Tak hanya sebagai perkenalan apik terhadap EP Aquarius, namun juga menjadi pesta perayaan penutupan tahun.

Showcase yang magis dan penuh euforia itu, sukses membangkitkan nostalgia sekaligus imajinasi penggemar terhadap sosok Santamonica kini dan di masa depan. Menciptakan suasana yang akrab namun tetap spektakuler.

Rangkaian Menuju Perilisan Album Baru

Santamonica
Duo Santamonica saat perilisan EP Aquarius pada Februari 2023. (Dok. via Sinjitos Collective)

"Aquarius" merupakan bagian dari rangkaian menuju perilisan album baru Santamonica yang akan hadir tahun ini. Santamonica merencanakan perilisan bertahap yang masing-masing terdiri dari dua single hingga mencakup keseluruhan album.

Trek-trek pada EP Aquarius dikatakan oleh Iyub merupakan “harta karun yang hampir terlupakan”. Berupa materi-materi lagu di arsip studio recording Santamonica sejak 2008 silam yang kemudian dikerjakan kembali oleh keduanya. Secara keseluruhan, memakan waktu hingga belasan tahun dalam pengerjaannya.

Iyub juga menjelaskan bahwa ia membutuhkan lebih dari satu dekade dalam bereksperimen hingga akhirnya mendapatkan sound Santamonica yang sekarang.

“'Aquarius' dan lagu-lagu baru Santamonica yang akan dirilis tahun ini adalah hasil dari tumbuh kembang saya sebagai musisi, di mana saya (dan Santamonica) terus bertransformasi dan evolve, karena Santamonica yang sekarang tentunya juga tidak sama dengan di tahun 2007 saat membuat album Curiouser & Curiouser,” ujar Iyub.

Menurut Sistine (pseudonym yang dipakai oleh Anindita Saryuf sebagai musisi), single “Aquarius” adalah sebuah metafora yang mengisahkan sebuah cerita besar dalam perjalanan hidup manusia yang dapat dipahami secara berbeda-beda bagi masing-masing orang.

Kisah Pahit dan Ekspektasi Hubungan Cinta

Duo Santamonica
Duo musik elektronik Indonesia, Santamonica. (Dok. via Sinjitos Collective)

Bagi sebagian besar pendengar, lagu ini mungkin tertangkap sebagai kisah pahit manis hubungan cinta serta ekspektasi ideal kita terhadapnya. Di mana pada ambang pupusnya sebuah hubungan yang telah diusahakan sebaik mungkin, namun terus gagal.

Penyadaran terbesar adalah mengetahui bahwa terkadang yang terbaik adalah melepaskan untuk bisa bertumbuh. Pasrah, melepas ego, dan menjadi lebih baik. Terpisah namun tanpa menghilangkan sosok tersebut dari hidup sepenuhnya.

“Aquarius merangkum perjalanan dalam mengenal dan berdamai dengan diri sendiri. Di sini, zodiak Aquarius hanyalah sebuah simbol tanpa merujuk ke sosok yang spesifik,” ucap Sistine.

“Tak hanya mengenai cinta, namun tentang hidup juga yang selalu bertumbuh dan memaksa kita untuk menjadi lebih besar dari zona nyaman kita. Hidup enggak bisa berdiam di satu titik terus, dan yang terpenting bagaimana kita bisa menerima perubahan baik yang menyenangkan maupun tidak sebagai bagian dari perjalanan ini,” sambungnya.

Kesatuan yang Berkesinambungan

“Aquarius” dan trek kedua “Wanderlust (Reimagined)” adalah satu kesatuan yang berkesinambungan, menghadirkan kontras antara keceriaan yang "quirky" nan "whimsical" —ciri khas Santamonica— dan nuansa elektro yang intens. Hal-hal itu menjadi perkenalan bagi penggemar terhadap Santamonica yang kini dan yang akan datang.

Dari segi musik, “Aquarius” dapat dikatakan terdengar happy dan ‘easy-listening’ walau berseberangan dengan lirik dan cara bernyanyinya yang mendalam dan cukup melankolis.

Kata Sistine soal proses kreatifnya yang terinspirasi oleh Liz Fraser dari Cocteau Twins, “Biasanya saya mulai membentuk lagu dengan nada vokal dulu, menyesuaikan pengucapan huruf yang enak dengan melodi vokalnya. Liriknya tadinya gibberish, namun yang penting bahwa bunyi vokal bisa menjadi kesatuan dengan instrumen yang lain.”

Sistine terbiasa untuk menyerap berbagai inspirasi dari sekitar dan mengumpulkan bank kata yang dirasa menarik dengan mencatatnya di gadget untuk kemudian digubah menjadi lirik.

Video Musiknya

Single “Aquarius” dirilis bersamaan dengan video eklektik berupa animasi collage art yang terdiri dari ribuan gambar yang dipotong dan disatukan secara manual.

Bagi Sistine yang menjadi Creative Director sekaligus sutradara di proyek ini, imajinasi visual tersebut menggambarkan pengalaman kemanusiaan kolektif. Sebuah zeitgeist yang digambarkan dari berbagai ikonografi familiar sepanjang sejarah.

Sesuai dengan lagunya, simbolisasi visual dari “Aquarius” dapat dipahami oleh berbagai orang dengan kisah yang berbeda. Mulai dari kartu tarot, Venus, hingga binatang seperti ular dan singa, setiap potongan gambar mewakili lirik dan cerita garis besar lagu.

Kolase sendiri bukan medium baru bagi Santamonica. Video musik pertama mereka, “Anais Lullaby” yang dirilis pada tahun 2007, menampilkan animasi collage art hitam putih yang lebih sederhana secara visual. Animasi “Aquarius” yang lebih kompleks menandakan transformasi Santamonica tanpa menghilangkan jati dirinya.

Sistine dan Iyub melihat kolase sebagai bentuk seni yang mengharuskan adanya proses penciptaan, di mana seorang seniman akhirnya menemukan dirinya sendiri. Mengutip filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, “One must still have chaos in oneself to give birth to a dancing star”.

Menikmati proses menciptakan karya seni yang panjang, membawa kepuasan tersendiri bagi Santamonica, dari segi musik maupun artwork. Perilisan berikutnya dari Santamonica akan diumumkan kembali pada tahun ini.

Infografis: 14 Layanan Publik Komersial Yang Wajib Bayar Royalti Lagu (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: 14 Layanan Publik Komersial Yang Wajib Bayar Royalti Lagu (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya