Liputan6.com, Jakarta Meski jumlah pemudik menurun, Lebaran 2025 tetap festive. Setidakmnya, di bioskop. Keragaman lima film Indonesia yang bertarung di libur Lebaran tahun ini amat terasa. Film animasi Jumbo, salah satu kontestan yang layak diperhitungkan.
Diperkuat barisan pengisi suara mumpuni dari Ariel NOAH, Bunga Citra Lestari alias BCL, Prince Poetiray, hingga Muhammad Adhiyat si bungsu dalam keluarga Pengabdi Setan. Keunggulan Jumbo tak hanya dari aspek pengisi suara.
Advertisement
Baca Juga
Naskahnya “Lebaran” banget. Dikemas dalam format animasi, film Jumbo karya sineas Ryan Adriandhy dengan cepat menyita perhatian anak-anak (dan orang dewasa yang mendampingi mereka ke bioskop).
Advertisement
Berikut review film Jumbo, yang diprediksi akan menjadi film Lebaran ketiga yang tembus sejuta penonton, menyusul Pabrik Gula dan Qodrat 2. Apa saja daya tarik Jumbo hingga begitu dicintai publik?
Don dan Postur Jumbonya
Don (Prince Poetiray) yang bertubuh tambun sering dipanggil Jumbo oleh teman-temannya, termasuk Atta (Muhammad Adhiyat). Karena postur dianggap kurang ideal, ia selalu duduk di bangku cadangan dalam permainan adu fisik seperti kasti.
Ayah (Ariel NOAH) dan ibu Don (Bunga Citra Lestari) meninggal dunia dalam kecelakaan mobil nan tragis. Don kini diasuh neneknya (Ratna Riantiarno) kemudian berkawan dengan Mae (Graciella Abigail) dan Norman (Yusuf Ozkan).
Suatu hari, kampung Don menggelar ajang adu bakat. Don ingin ikut dengan menyajikan atraksi mendongeng berbekal buku warisan ayah ibunya. Don, Norman, dan Mae lalu bertemu Meri (Quinn Salman), gadis kecil dari alam lain yang terpisah dari orang tuanya.
Meri dengan kekuatan gaibnya siap menyulap pertunjukan Don menjadi spektakuler agar menang festival berhadiah Rp500 ribu. Imbal baliknya, Don dan kawan-kawan harus membantu Meri melacak keberadaan orang tuanya yang disekap seseorang.
Advertisement
Jumbo Film Bagus
Jumbo film bagus. Titik. Klaim ini tak berlebihan. Penokohannya terbilang kompleks dan sangat masuk akal. Nasib Don kehilangan ayah ibu serasa seperti “tradisi” film Disney-Pixar. Tokoh utama tak punya keluarga utuh. Bukan berarti nasib Don ikut-ikutan Hollywood sebagai kiblat film dunia.
Dari kehilangan ini, Don belajar memaknai banyak hal dari merawat kenangan, melanjutkan hidup, menghargai apa yang tersisa dan dipunya seperti Oma, sahabat, bahkan orang yang selalu berseberangan dengan hidupnya.
Ariel NOAH dan BCL
Penokohan dalam dunia kecil Jumbo diterjemahkan dalam warna suara, visual warna kulit, gaya rambut, dan tentu saja sifat. Sampai di sini, kita patut menyanjung tim Visinema Animation yang jeli memilih pengisi suara. Tokoh-tokoh dalam Jumbo benaran terasa hidup.
Suara Ariel NOAH terasa teduh dan ngangenin. Suara BCL menjelma tipe ibu yang “ngurusin” banget. Tipe ibu yang kalau enggak ada, anak-anak bakal kecarian. Kalau sudah begini, ikatan yang dibangun dengan audiens sangat kuat.
Advertisement
Suara Muhammad Adhiyat dan Angga Yunanda
Sorotan khusus patut diberikan pada karakter Atta dan abangnya, Acil. Vokal Muhammad Adhiyat membangkitkan aura rebel tapi bebas dari kesan jahat. Perputaran nasib yang memble membuatnya menjadi “agak laen.”
Nah, suara Angga Yunanda untuk Acil gampang banget ditandai. Wajah baik-baik sang aktor langsung terbayang saat Acil muncul di layar. Yang tergambar lewat karakter ini adalah mas-mas kampung yang baik-baik, hidup sederhana, penyayang dan gemas.
Janji, Ego dan Ambisi
Dengan visual detail, penuh warna, dan pertautan antartokoh yang intens, membuat cerita Jumbo yang sederhana menjadi lebih kompleks sekaligus penuh dinamika. Mulanya, ia terasa seperti drama keluarga berbumbu komedi.
Kehadiran Meri di babak berikutnya seketika mengubah wajah Jumbo menjadi adventure, supernatural fantasy, dengan semburat fiksi ilmiah plus sejumput horor. Saat konflik mereda, petualangan memulangkan para tokoh ke rumah.
Di sinilah, momen-momen meremas hati dilancarkan Ryan Adriandhy dan Widya Arifianti dengan semangat family comes first. Menuju babak akhir, Jumbo bicara lebih banyak soal menepati janji, berdamai dengan ego serta ambisi, dan merawat yang kita punya: sahabat.
Advertisement
The Power of “Selalu Ada di Nadimu”
Senjata lain Jumbo adalah soundtrack yang santun masuk ke adegan-adegan krusial. “Kumpul Bocah” versi Maliq & D’Essential bagai spidol 12 warna yang memeriahkan sketsa kampung Don kala Festival Seruni digelar.
Namun, “Selalu Ada di Nadimu” adalah klimaks. Jujur saja, tak banyak film lokal yang menggarap lagu tema dengan serius lalu berhasil menyajikannya sebagai golden moment. BCL dengan “Selalu Ada di Nadimu” adalah satu dari yang sedikit itu.
Saat adegan digulir dan “Selalu Ada di Nadimu” mengalun, saat itulah air mata saya menetes. Pulang dari bioskop, sudut pandang saya terhadap ayah ibu tak sama lagi. Sekuat itu, impak adegan emas di film Jumbo. Terima kasih, Ryan Adriandhy...
Pemain: Prince Poetiray, Bunga Citra Lestari, Ariel Noah, Angga Yunanda, Quinn Salman, Muhammad Adhiyat, Yusuf Ozkan, Graciella Abigail, Ratna Riantiarno
Produser: Anggia Kharisma, Novia Puspa Sari
Sutradara: Ryan Adriandhy
Penulis: Ryan Adriandhy, Widya Arifianti
Produksi: Visinema Animation
Durasi: 102 menit
