Pengertian
Dispareunia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi nyeri pada organ intim yang menetap atau berulang. Kondisi ini berkaitan dengan hubungan seksual, yaitu ketika penis masuk ke vagina.
Dispareunia dapat dialami oleh pria maupun wanita. Meski demikian wanita lebih sering mengalami keluhan ini. Insiden dispareunia berkisar antara 8–22%. Ada pula penelitian yang menyebutkan bahwa keluhan ini dialami pada 3–43% populasi wanita.
Penyebab
Dispareunia dapat terjadi pada pria dan wanita. Pada pria, penyebabnya bisa bervariasi. Mulai dari peradangan pada organ reproduksi pria, seperti radang penis, radang skrotum atau prostatitis (peradangan kelenjar prostat). Penggunaan obat anti-depresi tertentu juga dapat menimbulkan nyeri pada pria ketika mencapai orgasme.
Dispareunia lebih sering terjadi pada wanita. Nyeri bisa timbul pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual atau sanggama yang ke sekian kalinya. Penyebabnya bisa berupa faktor fisik maupun faktor psikis.
Beberapa penyebab dispareunia pada wanita adalah:
- Anatomi wanita.
Beberapa kondisi anatomi wanita dapat menyebabkan keluhan nyeri saat berhubungan –seperti kondisi selaput dara tertutup, radang vulva, episiotomi, dan perlekatan klitoris.
- Infeksi.
Infeksi pada vagina –misalnya karena jamur, dapat menyebabkan keluhan nyeri saat berhubungan.
- Obat.
Penggunaan beberapa jenis obat dapat berkaitan dengan lubrikasi vagina, misalnya penurunan lubrikasi vagina pada penggunaan antihistamin jangka panjang. Penggunaan antibiotik dalam jangka panjang juga memungkinkan timbulnya infeksi jamur.
- Psikis.
Seseorang dengan riwayat trauma seksual pada masa lalu berisiko 4–6 kali lipat mengalami dispareunia dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat trauma psikis ini. Selain itu, perasaan cemas, masalah pernikahan, rasa bersalah (konflik dengan keluarga), dan masalah sejenisnya, juga bisa meningkatkan risiko dispareunia.
Diagnosis
Dokter akan melakukan pengumpulan informasi medis dan pemeriksaan fisik lengkap untuk mencari tahu penyebab dispareunia. Wawancara tentang adanya riwayat trauma seksual atau gangguan psikis lainnya diperlukan untuk mengetahui faktor risiko psikis pencetus keluhan nyeri bersanggama.
Biasanya dokter juga akan mengeksplorasi dengan beberapa pertanyaan, seperti:
- Di mana lokasi nyeri perut
- Apakah nyeri terasa saat awal penetrasi atau setelahnya
- Apakah nyeri dirasakan setiap berhubungan
- Apakah ada riwayat persalinan
- Adakah riwayat trauma seksual masa lalu
- Adakah riwayat konsumsi obat-obatan tertentu
Pemeriksaan lengkap pada bagian panggul dapat membantu menentukan penyebab keluhan dispareunia sebagai masalah fisik atau masalah psikis. Selain itu, pemeriksaan sensori untuk mendeteksi lokasi nyeri perlu dilakukan. Pemeriksaan sensori dapat dilakukan pada semua lapang area organ intim untuk menentukan lokasi nyeri.
Gejala
Gejala yang biasanya dialami penderita dispareunia adalah sensasi nyeri yang berkaitan dengan sanggama. Keluhan ini dapat terjadi pada saat seseorang mulai berhubungan, atau dirasakan setelah sensasi bebas nyeri saat bersanggama.
Keluhan nyeri bersanggama ini juga dapat dibedakan menjadi nyeri yang komplet, yaitu pada semua episode. Namun dapat juga hanya selama sanggama cara tertentu atau dengan pasangan tertentu.
Pengobatan
Penanganan dispareunia bergantung pada penyebabnya. Jika terdapat penyebab infeksi, maka pemberian obat anti-jamur seperti flukonazol dapat dipertimbangkan. Beberapa pilihan terapi medis yang biasa diberikan adalah pemakaian anestesi lokal (misalnya lidokain topikal) atau salep kortikosteroid.
Untuk mengatasi kekeringan vagina dapat dipertimbangkan penggunaan kontrasepsi oral dengan kandungan estrogen dosis rendah dan agen anti-kolinergik. Terapi lain yang dapat dicoba adalah penetration desensitization. Ini merupakan terapi untuk berlatih dengan memasukkan satu jari pasien ke vagina, lalu menjadi dua jari atau tiga jari. Terapi ini dilakukan sambil merelaksasi otot organ bagian bawah.
Pencegahan
Dispareunia karena faktor fisik antara lain dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim agar terhindar dari risiko infeksi.
Masalah yang berkaitan dengan kondisi psikis dan emosional dapat dicegah dengan menciptakan suasana sanggama yang mendukung. Selain itu, pasangan yang tengah bermasalah disarankan untuk membina komunikasi timbal-balik yang baik.
Konseling dan terapi kesehatan seksual juga dapat dilakukan dengan bantuan ahli sebagai pihak ketiga untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko dispareunia.