Liputan6.com, California - Kabar terbaru dunia luar angkasa kembali beredar dari sekelompok ilmuwan astronom yang sedang meneliti siklus hidup bintang di tata surya.
Terungkap, setelah miliaran tahun lamanya, sebagian besar kumpulan bintang luar angkasa dengan massa yang sama dengan Matahari memiliki `nyawa` dan nantinya akan mati dengan sendirinya.
Para ilmuwan tersebut menjelaskan, fenomena kematian bintang ini disebut sebagai `Planetary Nebula` atau sering disebut sebagai penampakan Nebula.
Berdasarkan informasi yang dilansir laman Gizmodo, Sabtu (1/8/2015), baru-baru ini tim peneliti The European Space Agency (ESA) melihat adanya penampakan Nebula pada lapisan terluar jajaran bintang Abell 78 di luar angkasa.Â
Namun, mereka mengungkap bahwa meskipun penampakan Nebula tersebut muncul, bintang tersebut akan memiliki kesempatan untuk `hidup` lagi.
Penampakan Nebula tersebut ditangkap lewat sinar X-Ray yang dipancarkan dari gas di Planetary Nebula. Para ilmuwan menggunakan observatorium luar angkasa XMM-Newton milik ESA dengan melakukan kombinasi data lewat pengamatan optik untuk menghasilkan gambar Planetary Nebula.
Secara ilmiah, Planetary Nebula merupakan kumpulan awan dari material yang dihempaskan objek bintang ketika mati. Awan tersebut akan melakukan proses interaksi dengan unsur gas dan debu, sehingga menciptakan padanan warna yang cantik.
"Pembakaran nuklir hidrogen dan helium terpatok pada inti dari objek bintang yang akan mati, hal itu akan membuat objek bintang dapat hancur karena bobot materi yang dibawa. Lapisan bintang akan menjadi lebih padat, reaksi helium akan muncul dan meledak," tulis tim peneliti.
Di dalam awan Nebula, terdapat aktivitas nuklir baru yang memicu munculnya aktivitas lainnya, seperti adanya angin yang berhembus lebih banyak sehingga dapat membawa lebih banyak material. Interaksi ini dapat membentuk struktur awan yang kompleks.
(jek/dew)
Advertisement