Liputan6.com, Beijing - Taksi terbang pertama di dunia, Ehang 184 akhirnya kembali diuji coba. Meski uji coba masih terbatas, setidaknya uji coba kali ini bersifat komersil karena taksi terbang itu membagikan kado natal secara gratis di wilayah Tiongkok.
Baca Juga
Advertisement
Dalam sebuah video eksklusif yang dibawakan Xinhua News, Minggu (24/12/2017), uji coba armada taksi terbang berbentuk drone itu berlangsung cukup cepat. Saat drone hendak terbang, ada seorang penumpang wanita berpakaian Santa Claus yang ikut menaiki drone tersebut.
Terbangnya Ehang 184 ternyata tak dikendalikan langsung oleh wanita tersebut, melainkan dikontrol oleh tim pengendali khusus di ruangan terpisah.
Saat terbang, cuaca sekitar cukup mendung dan tidak berangin. Setelah sekitar beberapa menit terbang, drone pun mendarat dengan baik tanpa ada satu kendala apa pun.
Untuk lebih lengkap, kamu bisa intip uji penerbangan Ehang 184 dalam video di bawah ini:
Akan Beroperasi di Negara Lain
Ehang sendiri dikabarkan akan memproduksi 1.000 armada taksi terbang yang bisa membawa satu orang penumpang dalam jarak 40 kilometer di udara. Namun sayang, perusahaan yang berbasis di Zhejiang, Tiongkok itu belum mau mengungkap negara mana yang akan mengoperasikan taksi terbang ini.
Ehang 184 sendiri mengambil bentuk drone besar dengan delapan baling-baling bermesin elektrik di sekelilingnya. Ia juga memiliki kapasitas daya tahan dapat diisi ulang dalam waktu dua jam.
Karena taksi tidak ada pengemudinya, penumpang harus menggunakan layar sentuh untuk memilih tujuan. Tak ada kontrol navigasi lain di dalam drone. Taksi drone tersebut memiliki teknologi autopilot.
Terkait keamanan, Ehang 184 diklaim sebagai drone paling aman di dunia karena memiliki sistem keamanan yang terintegrasi.
Jika ada sesuatu yang salah terjadi di mesin drone, ia secara otomatis akan turun ke daratan. Tak hanya itu, Ehang 184 juga dilengkapi dengan jaringan komputer terenkripsi untuk mencegah peretasan.
Advertisement
Masih Diragukan
Meski konsep taksi terbang berupa drone terdengar canggih, pada kenyataannya beberapa pengamat transportasi udara menilai gebrakan tersebut harus ditinjau lebih lanjut.
Pakar transportasi udara dan sistem pesawat, Steve Wright mengatakan, drone seperti Ehang 184 harus diuji keamanannya berkali-kali sebelum bisa dioperasikan secara publik.
"Mungkin mereka sudah menyiapkan sistem yang mapan, jadi semuanya diatur dengan mudah dan otomatis. Tapi semua harus diuji terlebih dahulu agar tidak terjadi kegagalan," kata pria yang juga aktif mengajar di Unviersity of the West of England ini.
"Saya mau melihat ia terbang setidaknya 1.000 jam, baru setelah itu mereka uji dengan membawa manusia di dalamnya," tandas Wright.
(Jek/Ysl)