Kunci Sukses Steve Jobs Bawa Apple ke Puncak Kesuksesan

Tidak sekadar inovatif, Steve Jobs juga disiplin dalam bersabar sembari melihat datangnya kesempatan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Jun 2018, 09:20 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2018, 09:20 WIB
[Bintang] Steve Jobs
Steve Jobs tak punya rumah saat kuliah. Ia bahkan mengembalikan botol cola untuk menambah biaya. (JUSTIN SULLIVAN / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Apple yang didirikan Steve Jobs sedang dalam masa kejayaan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap kali Apple mengeluarkan perangkat baru, pasti banyak vendor yang langsung ikut meniru.

Banyak orang yang mengagumi Jobs sebagai sumber semangat untuk melakukan inovasi. Tentu inovasi itu penting, tapi ternyata setelah melakukan inovasi, Jobs memiliki kunci lain, yaitu kesabaran.

Dilansir Forbes, Senin (11/9/2018), Howard Yu, seorang penulis dan profesor manajemen dan inovasi dari Sekolah Bisnis IMD, menjabarkan kebijaksanaan dan kesabaran Jobs dalam memperhatikan kondisi sebelum mengambil langkah.

Ternyata, salah satunya adalah kesabaran menunggu saat yang tepat. Hal ini tercermin lewat kutipan Jobs berikut ini.

"Gelombang-gelombang teknologi ini, kamu bisa melihat mereka sebelum kedatangannya, dan kamu harus memilih dengan bijak ke mana kamu mau berselancar. Bila kamu memilih dengan tidak bijak, kamu akan buang-buang tenaga, tapi bila kamu memilih dengan bijak, maka yang selanjutnya terjadi akan cukup lambat. Butuh bertahun-tahun."

Yu menjelaskan bahwa ucapan Steve Jobs tersebut mengarah pada fakta ia menunggu sampai dua tahun sebelum menemukan kesempatan untuk meluncurkan iPod ke pasaran.

"Pihak-pihak lain langsung terjun dan merilis MP3 Player mereka, tapi gagal," jelas Yu.

Ia menjelaskan kegagalan produk lain sebelum iPod dikarenakan pada saat itu broadband internet masih lambat, sehingga  pengguna MP3 Player jadi ikut kesulitan melakukan download lagu.

"Jobs menunggu dulu sampai terjadi peningkatan kualitas broadband yang akhirnya terjadi," tandasnya.

Lewat pengalaman Steve Jobs, Yu menjelaskan butuhnya disiplin dalam menunggu dan tekad untuk terus maju, karena dua hal itu dapat menghasilkan kepemimpinan yang efektif.

Nasihat Steve Jobs yang Bisa Diikuti Anak Muda

Steve Jobs
Steve Jobs (iStockPhoto)

Hampir tujuh tahun setelah kematiannya, Steve Jobs tetap punya pengaruh di industri teknologi.

Pada 12 Juni 2005, Steve Jobs datang ke Universitas Stanford di California untuk memberikan pidato bagi para wisudawan.

Di sana, dengan gaya monoton, sang pendiri Apple menyampaikan kisahnya pada seluruh dunia. Berikut rangkuman pesan-pesan dari pidato Steve Jobs di Universitas Stanford. 

1. Genggam Erat Kepercayaan, Bukan Rasa Takut

Di awal pidatonya, Steve Jobs menekankan betapa pentingnya mengikuti kata hati, walau pada saat itu mungkin masih tidak jelas hati kita akan membawa kita ke mana.

Semasa muda, Jobs tidak suka dengan mata kuliah wajib yang ia harus ikuti, akhirnya ia memilih keluar saja agar bisa belajar hal-hal yang disukai. Ia malah memutuskan ikut kelas kaligrafi semata-mata karena suka keindahannya, padahal ia sadar kelas kaligrafi tidaklah praktis sebagai bekal karir.

Berkat kelas kaligrafi yang awalnya terkesan tidak berguna, Jobs jadi paham cara mengatur fonts dan tipografi komputer yang indah.

Jobs mengatakan, "Kau harus percaya bahwa titik-titik (dalam hidup) pasti akan terhubung di masa depan. Kau harus percaya pada sesuatu, dorongan hati, takdir, kehidupan, karma, apapun. Cara ini tidak pernah mengecewakanku, dan telah membuat banyak perbedaan dalam hidup saya."

2. Kegagalan Hanyalah Awal yang Bar

Pada usia 20 tahun, Jobs dan sahabatnya Steve Wozniak memulai Apple di garasi orang tua Jobs.

Dimulai kerja di garasi, mereka membangun perusahaan yang pada akhirnya senilai 2 triliun dolar serta mempekerjakan 4.000 karyawan.

Kemudian Steve Jobs dipecat. Saat itu ia menginjak usia 30 tahun. Ia dipecat karena jajaran eksekutif di Apple tidak setuju pada Jobs, dan lebih membela orang lain yang justru Jobs pekerjakan. 10 tahun usaha pun hilang begitu saja dan ia memutuskan untuk memulai kembali dari nol.

Setelahnya, mendirikan perusahaan bernama NeXT dan ia membeli perusahaan bernama Graphics Group.

NeXT ternyata sukses besar, lalu Apple membeli NeXT, akibatnya Jobs kembali lagi sebagai petinggi Apple.

Bagaimana dengan Graphics Group? Mungkin tidak ada yang akrab dengan nama tersebut. Tapi apa kamu pernah menonton Toy Story? Finding Nemo? Up? Atau Coco? Ya, itulah film-film besutan Graphics Group, yang sekarang bernama Pixar.

Kegagalan Steve Jobs di usianya yang kepala tiga berubah menjadi kesuksesan karena ia memilih terus mencintai pekerjaannya ketimbang menyerah.

3. Ingat Kematian

 

Setahun sebelum memberikan pidato di Stanford, Jobs didiagnosis kanker. Kata, dokter ia hanya dapat hidup maksimal enam bulan (Jobs meninggal sekitar enam tahun kemudian pada Oktober 2011).

"Tidak ada yang ingin mati. Bahkan orang-orang yang mau pergi ke surga tidak mau mati untuk sampai ke sana," ujar Jobs dalam pidatonya.

Meski begitu, Jobs tidak takut. Ia malah mengatakan bahwa kematian adalah hal yang baik.

Dengan ingat mati, Jobs menjadi tidak takut kehilangan. Dan hal itu membuat berani terus mengikuti kata hatinya dan tidak gampang terpengaruhi hal-hal eksternal yang tidak penting.

Jangan Tenggelam dalam Opini Orang Lain

Mengungkap 8 Kelemahan iPhone
Steve Jobs (macrumors.com)

Dan inilah petuah terbaik dari Steve Jobs untuk mereka yang masih ragu mengejar impiannya.

Meski Jobs sudah meninggal, nasihatnya ini akan terus menggema di seluruh dunia.

"Waktumu terbatas, jadi jangan menyia-nyiakannya untuk hidup di kehidupan orang lain. Jangan sampai terjebak dogma, yang merupakan hasil dari hidup di dalam pemikiran orang lain. Jangan membiarkan berisiknya opini orang lain menenggelamkan suara hatimu. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu. Kedua hal itu sudah tahu apa sesungguhnya cita-citamu."

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya