Liputan6.com, Jakarta - Facebook bergerak cepat untuk menanggulangi berbagai tuduhan yang diungkap oleh seorang mantan karyawan perusahaan dalam sesi wawancara 60 Minutes.
Salah satu tuduhan tersebut adalah tentang kontribusi Facebook terhadap kerusuhan di Gedung Capitol Hill, Washington DC, AS, pada 6 Januari 2021.
Baca Juga
Seorang wakil presiden Facebook pun mengirim memo 1.500 kata kepada karyawan pada hari Jumat untuk mencegah tuduhan yang diperkirakan akan keluar pada hari Minggu, dilansir The New York Times, Rabu (6/10/2021).
Advertisement
Dalam memo tersebut disebutkan, pelapor (whistle-blower) akan mengatakan Facebook mengendorkan pengamanan terkait pemilu dan lalai sehingga peserta kerusuhan 6 Januari di Capitol mampu berorganisasi di Facebook.
Adapun memo internal tersebut ditulis oleh Wakil Presiden Facebook Nick Clegg. "Media sosial memiliki dampak besar pada masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, dan Facebook sering menjadi tempat di mana banyak perdebatan ini terjadi," tulisnya.
Dia menambahkan, "Tapi bukti apa yang ada tidak mendukung gagasan Facebook, atau media sosial secara lebih umum, adalah penyebab utama polarisasi."
Diketahui, mantan karyawan yang mengungkap ribuan dokumen internal Facebook itu kepada The Wall Street Journal dan penegak hukum AS adalah Frances Haugen.
Berdasarkan laporan yang sudah diterbitkan The Journal, Facebook tahu bagaimana aplikasi dan layanannya dapat menyebabkan kerusakan, termasuk masalah body image di kalangan gadis remaja yang pakai Instagram.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Facebook Siapkan Bantahan
Pihak Facebook, termasuk Nick Clegg dan tim "Strategic Response" telah melakukan serangkaian pertemuan darurat untuk meredam berbagai tuduhan yang dilayangkan.
Mark Zuckerberg, chief executive Facebook, dan Sheryl Sandberg, chief operating officer, telah diberi pengarahan tentang bagaimana menanggapi tuduhan tersebut.
Mereka juga dikabarkan telah menyetujui semua hal, dan tetap berada di belakang layar untuk menjauhkan diri dari pemberitaan negatif, kata orang-orang yang mengetahui tentang perusahaan tersebut.
Advertisement
Frances Haugen Ungkap "Borok" Facebook
Lebih lanjut, Haugen mengungkap dokumen yang membuktikan Facebook telah membohongi publik terkait upayanya melawan hate speech alias ujaran kebencian. Perusahaan menyebut telah membuat kemajuan signifikan melawan ujaran kebencian namun kenyataannya justru sebaliknya.
"Hal yang saya lihat di Facebook berulang kali adalah ada konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan yang baik untuk Facebook. Dan Facebook, lagi-lagi memilih untuk mengoptimalkan kepentingannya, dalam hal ini untuk menghasilkan lebih banyak uang," kata Haugen.
Haugen menjelaskan alasannya mau berbicara mengenai masalah internal Facebook. Menurut perempuan 37 tahun ini, dirinya khawatir dengan kebijakan perusahaan yang memprioritaskan keuntungan dibanding keselamatan publik.
(Ysl/Isk)