Bangun 3 Kilang Minyak, Industri Petrokimia RI Bangkit

"Tanda-tanda kebangkitan industri petrokimia bisa terlihat apabila pembangunan kilang minyak mentah bisa terlaksana."

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Mar 2014, 11:44 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2014, 11:44 WIB
110524ckilang-minyak.jpg

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyambut baik rencana pemerintah untuk membangun kilang minyak mentah dengan kapasitas 300 ribu barel per hari. Jika terealisasi, hasil pengolahan dari minyak mentah dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku petrokimia.

Wakil Ketua Inaplas Suhatmiyarso mengaku sangat mendukung pembangunan kilang minyak mentah oleh pemerintah melalui PT Pertamina (Persero).

"Tanda-tanda kebangkitan industri petrokimia bisa terlihat apabila pembangunan kilang minyak mentah bisa terlaksana," ungkap dia saat acara 'Indonesian Petrochemical Industry National Conference 2014' di Jakarta, Rabu (12/3/2014).

Suhatmiyarso berharap Indonesia dapat menggarap pembangunan tiga kilang minyak mentah dengan kapasitas 300 ribu barel per hari. Maklum, negara ini masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik petrokimia, seperti olefin, aromatik dan sebagainya. Bahan baku ini berasal dari minyak bumi dan gas alam.

"Kalau bangun kilang jangan hanya untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) saja, tapi juga sediakan bahan baku untuk industri kimia. Bila kita bisa bangun tiga kilang, kita bisa mengurangi impor bahan baku industri petrokimia," ujarnya.

Menurut catatan Inaplas, tambah dia, Indonesia mengimpor bahan baku industri petrokimia sekitar US$ 8 miliar pada 2013.

Di kesempatan yang sama, Senior Vice Presiden Petroleum Produk and Marketing Pertamina, Taryono mengatakan, Indonesia kekurangan kapasitas produksi olefin domestik.

Kondisi ini, sambungnya, tak terpengaruh dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan per kapita Indonesia.

"Meski kita punya cakupan luas, tapi industri petrokimia kita masih kecil. Makanya kita tetap akan menjadi pengimpor bahan baku petrokimia karena kurangnya kapasitas produksi," terang dia.

Taryono menyebut, kapasitas produksi pabrik petrokimia milik PT Chandra Asih Petrochemical Tbk dan Pertamina sebesar 2 juta ton per tahun. Padahal permintaan bahan baku dari industri ini sebesar 3,4 juta ton per tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya