Soal Hemat Listrik, Rakyat RI Perlu Contoh Jepang

masyarakat Jepang saat ini mulai menerapkan kebiasaan tidak menghidupkan AC dalam ruang kerja.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Mei 2014, 13:55 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2014, 13:55 WIB
Foto ilustrasi listrik
(Foto: Dokumentasi PLN)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia dinilai sulit untuk diajak berhemat dalam penggunaan listrik. Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, hal itu terjadi karena pola pikir masyarakat merasa sudah membayar listrik yang digunakan.

Kondisi ini berbeda Jepang dan Korea Selatan yang masyarakatnya sangat mudah diajak berhemat.  "Kalau di Jepang dan Korea diumumkan kalau ada gangguan AC dikurangi, lampu dikurangi, kalau disini kita minta lampu dimatikan, pasti jawabannya, wong kita bayar kok,"" kata Dahlan di kantornya, Rabu (14/5/2014).

Dahlan menyampaikan, semenjak meledaknya reaktor nuklir Fukushima di Jepang beberapa waktu lalu, masyarakat Jepang saat ini mulai menerapkan kebiasaan tidak menghidupkan AC dalam ruang kerja.

"Sekarang dengan adanya kejadian Fukushima di Jepang itu, ruangan panas, tidak ada AC karena mereka sadar," jelas Dahlan.

Sementara di Indonesia justru bertolak belakang. Hal itu bisa dilihat saat pemadaman listrik di sebagian wilayah Jakarta dan Tangerang dalam dua hari ini yang menimbulkan keluhan dari berbagai kalangan masyarakat.

Padahal, Dahlan  menilai hal itu biasa terjadi karena setiap pembangkit listrik pasti pernah mengalami gangguan. Menurut dia, gangguan serupa juga bisa terjadi di negara lain.

"Di Malaysia bisa terjadi, di Amerika juga, sekali-sekali pasti terjadi," terang Dahlan saat ditemui di kantornya, Rabu (14/5/2014).

Dia menuturkan, warga Jakarta masih lebih beruntung jika dibandingkan penduduk yang tinggal di Sumatera. Pemadaman listrik di Jakarta terjadi akibat adanya gangguan. Sedangkan di Sumatera karena defisit listrik sehingga listrik sering sekali mati.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya