Tapering The Fed Bisa Bikin Investor Kabur dari AS

Kedua petinggi The Fed mengaku inflasi bukanlah risiko terbesar yang akan dihadapi bank sentral AS. Lantas apa risiko yang mengancam AS?

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 20 Mei 2014, 12:43 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2014, 12:43 WIB
Gedung The Fed
(Foto:Antara)

Liputan6.com, Washington - Dua petinggi Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menyatakan, kebijakan menarik dana stimulus secara bertahap (tapering off) jika dilakukan terlalu lama dapat menyebabkan dampak sistematis jangka panjang.

Meski demikian, keduanya mengakui, inflasi bukanlah risiko terbesar jangka panjang yang akan dihadapi The Fed.

Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (20/5/2014), Gubernur Bank Sentral San Francisco John Williams mengatakan, salah satu risiko terbesarnya adalah kemungkinan suku bunga yang rendah dalam jangka waktu lama dapat mendorong harga aset ke level yang terlalu tinggi. Kondisi ini membuat para investor enggan membenamkan modalnya karena aset tersebut sangat berisiko.

Tahun ini, secara berkala The Fed terus mengurangi jumlah pembelian stimulusnya dan diprediksi menaikkan suku bunganya tahum depan. Padahal sejak Desember 2008, The Fed selalu menahan suku bunganya di dekat level 0.

Williams mengatakan, The Fed harus mempersiapkan diri menghadap berbagai gangguan yang sudah mulai muncul seiring dengan keputusan The Fed untuk menormalkan kebijakan moneter.

"Kami belum melihat kemunculan risiko sekarang, tapi itu bisa terjadi. Kami tidak menginginkan adanya dampak setelah pemulihan ekonomi justru mengganggu perekonomian," ujar Williams.

Gubernur Bank Sentral Dallas Richard Fisher menyetujui pendapat yang dilontarkan Richard Fisher.

"Sangat sulit melihat pengurangan dana stimulus itu berlangsung sangat cepat. Bisa saja terjadi krisis di masa depan. Pasar keuangan selalu merespons berlebihan," ungkap Fisher.

Dia mengatakan, sangat mengkhawatirkan volatilitas yang rendah di pasar-pasar keuangan. Pasalnya, para investor akan terlena dan kesulitan beradaptasi dengan perubahan kebijakan dan perekonomian.

Williams membenarkan hal tersebut dengan menyebutkan pasar obligasi yang tengah berupaya kembali ke normal setelah dalam beberapa tahun menikmati suku bunga rendah. Menurut Fisher, volatilitas pasar seharusnya meningkat seiring dengan pulihnya ekonomi AS.

Dia yakin, The Fed seharusnya tidak mulai menaikkan suku bunga hingga pertengahan 2015. Dia juga berharap, kenaikan suku bunga akan berlangsung secara bertahap. (Sis/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya