Tergiur Rupiah, Warga RI Selundupkan Premium ke Timor Leste

"Masyarakat Timor Leste butuh BBM dan mereka tidak diizinkan beli BBM subsidi di SPBU kita," ungkap Kepala KPPBC Tipe Pratama Atapupu.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 23 Mei 2014, 08:20 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2014, 08:20 WIB
Perbatasan RI-Timor Leste
Perbatasan RI-Timor Leste (Fotografer: Fiki Ariyanti/Liputan6.com)

Liputan6.com, Atapupu - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan melalui KPPBC Kupang dan Atapupu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakui bahwa marak terjadi pengiriman bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari wilayah tersebut ke Timor Leste.

Kepala KPPBC Tipe Pratama Atapupu, I Nyoman Ary Dharma mengungkapkan, penyelundupan BBM bersubsidi jenis premium terjadi karena tingginya permintaan dari Timor Leste.

"Karena masyarakat Timor Leste butuh BBM dan mereka tidak diizinkan beli BBM subsidi di SPBU kita, karena BBM subsidi kan untuk rakyat kita," kata dia kepada wartawan saat kunjungan ke Pos Bantu BC Metamauk, Kabupaten Malaka, NTT, seperti ditulis Jumat (23/5/2014).

Lanjut Ary, kebutuhan terhadap BBM subsidi semakin mendesak lantaran keterbatasan SPBU di negara yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 2002 itu.

"Dari Dili ke perbatasan Oekusi di Timor Leste berjarak 120 kilometer (km) nggak ada SPBU. Padahal perlu waktu empat jam untuk menempuh wilayah tersebut," jelasnya.

Di sisi lain, tambah dia, harga jual BBM bersubsidi jenis premium di pedagang eceran di Timor Leste mencapai Rp 15 ribu per liter. Sedangkan di SPBU Timor Leste, harganya Rp 10 ribu per liter.

"Kalau dijual di NTT, harga BBM bersubsidi tingkat eceran Rp 10 ribu per liter dan Rp 6.500 per liter di SPBU. Sementara Pertamina cuma ekspor pertamax dan avtur ke sana," tutur Ary.

Kepala Sub Seksi Internal dan Penyuluhan BC Atapupu, Samdyss menambahkan, karena perbedaan harga yang signifikan tersebut mendorong warga setempat untuk mengirimkan BBM subsidi ilegal ke Timor Leste.

"Harganya yang mencapai Rp 15 ribu per liter, maka lebih menguntungkan buat mereka. Jadi pilih dijual di sana saja dan biasanya yang menyelundupkan adalah warga sekitar," cetusnya. (Fik/Ndw)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya