RI Digempur 3 Peritel Raksasa Eropa, Ini Komentar Pengusaha Mal

Dalam sebulan terakhir, tiga raksasa ritel Eropa membuka toko di Indonesia. Lalu apa kata pengusaha mal lokal?

oleh Septian Deny diperbarui 14 Nov 2014, 13:13 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2014, 13:13 WIB
ikea - supermarket
Foto: Ikea

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebulan terakhir, tiga raksasa ritel Eropa membuka toko di Indonesia.  Ketiga peritel tersebut yaitu Perusahaan ritel produk interior asal Swedia, IKEA, JYSK dari Denmark dan Courts asal Inggris.

Menanggapi hal ini, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan dengan makin banyaknya ritel asing yang membuka gerainya di dalam negeri menunjukkan perekonomian Indonesia sudah diperhitungkan oleh negara lain.

"Kalau kita lihat Indonesia sudah diperhitungkan oleh negara lain, terutama jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lain. Middle income kita yang baik dan ada kepercayaan dari asing untuk berusaha di Indonesia sehingga banyak brand yang masuk," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (14/11/2014).

Selain itu, keuntungan bagi masyarakat dengan semakin banyaknya perusahaan ritel tersebut yaitu konsumen Indonesia memiliki banyak pilihan untuk berbelanja, sehingga bisa membeli produk dengan kualitas dan harga yang sesuai dengan pendapatannya.

"Masyarakat bisa dapat harga yang terbaik. Kalau ada persaingan bisnis tentu ada diskon, tinggal pintar-pintarnya konsumen dan tergantung dari selera juga. Konsumen juga akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik, karena perusahaan ritel ini juga kan harus bersaing soal pelayanannya," kata dia.

Sementara itu, bagi perusahaan ritel, dengan masuknya pesaing baru ini, diharapkan mampu memberikan produk dan pelayanan yang lebih baik kepada konsumennya.

"Umum orang akan tertarik dengan yang baru. Tetapi sejenis ternyata mereka lebih happy dengan toko yang eksisting karena lebih bagus. Nah ritel yang baru masuk juga harus kreatif, dan lama harus bisa meningkatkan service-nya. Makanya harus adu kreatif, desain, kualitas dan service," jelas dia.

Selain itu, meski juga menjadi ancaman bagi produk dalam negeri, namun Ellen meyakini, konsumen Indonesia merupakan konsumen yang fanatik sehingga tidak mudah berganti selera dalam berbelanja.

"Untuk produk furniture, kalau beda produsen biasanya tidak sama persis karena punya desain sendiri. Produk lokal asal Jepara misalnya, juga sudah banyak yang suka. Jadi mereka punya masing-masing sudah ada penggemarnya. Jadi nggak perlu khawatir, bisnis akan tetap jalan. Malah ini kan membuka lapangan kerja," tandasnya. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya