Harga Minyak Turun, Halliburton PHK 6.400 Pegawai

Halliburton yang beroperasi di lebih dari 80 negara berencana akan memberhentikan sekitar 6.400 pegawai karena harga minyak turun

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 11 Feb 2015, 12:12 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2015, 12:12 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali turun ke level di bawah US$ 50 per barel pekan ini. Akibat penurunan harga minyak yang berlangsung selama hampir delapan bulan, salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia, Halliburton memutuskan untuk memberhentikan 6.400 pegawainya.

Mengutip laman CNBC, Rabu (11/2/2015), Halliburton akan memberhentikan sekitar 6,5 hingga 8 persen dari seluruh pegawainya di dunia setelah harga minyak kembali menurun. Sebanyak 6.400 pegawai akan terkena dampak dari keputusan perusahaan global itu untuk menghemat anggaran.

"Kami menghargai seluruh karyawan kami, tapi sayangnya, kami kini dihadapkan dengan kenyataan yang sangat sulit di mana pengurangan biaya sangat dibutuhkan untuk bertahan di tengah pasar yang menantang saat ini," ungkap pihak manajemen Halliburton dalam keterangan tertulisnya.

Perusahaan yang menggelar operasi di lebih dari 80 negara ini megumumkan, dampak dari keputusan tersebut akan tersebar ke seluruh area operasi perusahaan. Pihak manajemen juga menjelaskan, keputusan tersebut bukan hasil dari penundaan akuisis Baker Hughes yang selama ini dicanangkan.

Padahal bulan lalu, Halliburton hanya berencana memangkas 1.000 pekerjaan saja. Saat ini minyak mentah memang dijual murah di kisaran harga US$ 50 dibandingkan Juni tahun lalu.

Harga minyak mentah memang telah anjlok di atas 50 persen sejak Juni karena pasokan yang terlalu melimpah di pasar global. Kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan minyak untuk memangkas pengeluaran.

Pada Januari, pesaing industrinya Schlumberger juga mengatakan akan memangkas 7 persen dari total tenaga kerjanya untuk mengendalikan pengeluaran menanggapi jatuhnya harga minyak. (Sis/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya