Liputan6.com, New York - Seluruh rakyat makmur dan sejahtera memang tampak menjadi tujuan setiap negara. Sayangnya, di beberapa negara, tujuan mulia itu sangat sulit tercapai mengingat kesenjangan pendapatan yang sangat tinggi antar penduduk.
Saat ini, berdasarkan sejumlah penelitian, Chili didaulat sebagai negara dengan tingkat kesenjangan pendapatan terparah di dunia. Laporan terbaru dari Credit Suisse menunjukkan 10 persen orang terkaya di Chili menguasai hampir 70 persen seluruh kekayaan negara.
Bahkan laporannya menunjukkan satu persen kalangan terkaya di Chili menguasai 42 persen kekayaan negara. Rasa iri kelas menengah Chili terhadap jajaran orang terkayanya membuat kesenjangan tersebut semakin meluas dan memicu kesenjangan sosial lebih parah.
Advertisement
Bagaimana pemerintah Chili menyikapi kondisi kesejahteraan tak merata ini? Berikut ulasan singkat mengenai kesenjangan pendapatan rakyat yang terjadi di Chili seperti dilansir dari laman Santiago Times, The Richest, CBS News, dan sejumlah sumber lain, Senin (13/4/2015):
Rasa iri kelas menengah
Rasa iri kelas menengah
Penduduk kelas menengah di Chili merasa tidak adil mengingat banyak orang kaya yang sudah terlahir dengan banyak uang. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Oscar Mac-Clure di Universidad de Los Lagos menyebutkan setiap warga Chili bahkan memiliki persepsi kekayaan yang sangat berbeda satu sama lain.
Menurut laporan tersebut, kelas menengah Chili memandang para pewaris kekayaan sebagai orang yang sebenarnya tidak berhak menjadi kaya. Bagaimana tidak, perbedaan antara penduduk kelas kaya dan menengah di Chili sangat jelas terlihat.
Tanpa membandingkan pendapatan, sikap, budaya, dan pendidikan kalangan elit menarik garis perbedaan yang teramat jelas dengan penduduk dari kelas menengah ke bawah. Sentimen negatif dari kalangan menengah ke bawah juga memperlebar kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin di Chili.
Kelas menengah berpikir, kalangan kaya tidak manusiawi dan tak menghargai hubungannya dengan penduduk lain. Para orang terkaya di Chili juga dinilai arogan dan tak peduli pada orang lain.
Persepsi itu merupakan persoalan besar yang dapat memicu kesenjangan lebih parah antara orang kaya dan miskin di Chili.
Advertisement
Pemicu disparitas di Chili
Pemicu disparitas di Chili
Sosiologis Luis Miguel Rodrigo mengungkapkan masa kolonial Chili di merupakan salah satu alasan di balik disparitas kontemporer yang terjadi. Dimensi etnis rasial ini yang kemudian menciptakan kesenjangan antara kelompok masyarakat.
Faktor ini juga diperparah dengan rendahnya redistribusi ekonomi dan pemenuhan hak-hak sosial masyarakat. Selain itu, menurut Rodrigo, faktor kediktatoran yang terjadi di Chili juga ikut berdampak pada kesenjangan tersebut.
Kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin terus terjadi karena sistem diktator menganggu berbagai program pengembangan politis seperti industrialisasi dan pemenuhan hak sosial. Dan tak ada sistem yang diperbaiki setelah masa diktator di Chili berakhir.
Kesenjangan antara si kaya dan miskin terus bertambah parah hingga ada kebijakan untuk meredistribusikan kekayaan dan hak-hak sosial masyarakat terpenuhi.
Upaya pemerintah
Upaya pemerintah
Presiden Chili Michelle Bachelet berjanji akan menggulirkan program dengan dana US$ 15 miliar untuk meningkatkan pendidikan, meningkatkan layanan kesehatan dan mengurangi kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin. Berkat janjinya untuk mengikis kesenjangan pendapatan antar penduduk juga yang membuat Bachelet berhasil menjadi Presiden.
Dulu dirinya berhasil masuk ke jajaran pemerintahan berkat janjinya untuk mereformasi kebijakan pajak. Dirinya juga berhasil memperbaiki sistem pendidikan di Chili.
Cara Bachelet memperbaiki sistem pajak diakui dapat mengikis kesenjangan pendapatan yang terlalu melebar di Chili. Sementara pendidikan yang baik dapat membantu warga memperjuangkan hak-hak sosialnya. (Sis/Ahm)
Advertisement