Liputan6.com, Istanbul - Distribusi pendapatan yang setara telah menjadi persoalan yang tak kunjung usai di Turki. Masalah itu pula yang membuat Turki didaulat sebagai salah satu negara dengan kesenjangan penduduk kaya dan miskin paling ekstrim di dunia.
Menurut laporan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Turki berada di peringkat ke-3 dari 34 negara dengan ketidaksetaraan pendapatan penduduk paling parah di dunia. Meski masih berada peringkat yang cukup tinggi dalam kategori tersebut, Turki sebenarnya merupakan satu dari dua negara yang berhasil mempersempit kesenjangan itu dalam dua tahun terakhir.
Beberapa analis menyalahkan sistem pajak sebagai dalang gagalnya penyetaraan pendapatan penduduk di Turki. Pemerintah kini diminta mendorong para orang kaya untuk membayar pajak secara adil termasuk pajak pendapatannya.
Advertisement
Sementara pajak penjualan hingga saat ini tampak menekan kalangan menengah ke bawah dan menguntungkan kalangan elit. Separah apakah kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di Turki?
Berikut ulasan singkatnya seperti dikutip dari The Richest, Reuters, The Street, dan sejumlah sumber lain, Rabu (15/4/2015):
Ekonomi tumbuh pesat
Ekonomi tumbuh pesat
Pusat perbelanjaan yang luas merupakan simbol perkembangan ekonomi besar-besaran di Turki yang juga menjadi kisah sukses yang di tengah gelapnya bisnis komersial sebagian besar negara Eropa. Namun di balik kompleks pusat perbelanjaan yang dihiasi parkir valet dan butik chic, Anda justru dijamu dengan perumahan kumuh sebuah pedesaan.
Terdapat 14 juta warga yang menjadi pengangguran meskipun pertumbuhan ekonomi di sana terjadi sangat cepat. Pekerjaan merupakan hal yang sangat sulit didapat di sana.
Perbedaan tersebut memicu keterasingan dan pencabutan hak bagi para penduduk di bagian termiskin di negeri ini. Ketimpangan itu juga memperdalam celah di antara masyarakat terkait demokrasi, hak asasi manusia dan agama.
Melalui ekspansi selama puluhan tahun, Turki membentu kekuatan ekonomi dan diplomatis yang sangat baik hingga mampu menjembatani kawasan Eropa dan Timur Tengah. Tapi sayang, kesenjangan antara kaya dan miskin hampir tidak beranjak.
Advertisement
Orang kaya kuasai harta negara
Orang kaya kuasai harta negara
Kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin di Turki memang terbilang cukup ekstrip. Bayangkan saja 20 persen warga terkaya dari total 74 juta penduduk Turki tercatat memiliki kekayaan yang setara dengan 50 persen harta negara.
Sementara 20 persen warga termiskin, hanya memiliki enam persen dari total kekayaan negara. Bahkan laporan terbaru dari OECD menyebutkan, 10 persen orang terkaya di Turki memegang 78 persen dari total kekayaan negara.
Artinya, sebagian besar warga Turki masih tinggal di bawah garis kemiskinan. Di tengah kehidupannya tersebut, warga miskin Turki justru merasa kesulitan mencari pekerjaan apalagi mengingat banyak populasi muda yang menyandang gelar sarjana.
Pemicu kesenjangan sosial ekonomi
Pemicu kesenjangan sosial ekonomi
Sitem perpajakan Turki disebut-sebut sebagai jurang yang memperlebar kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin di sana. Pemerintah tercatat mengumpulkan porsi pajak pendapatan dalam jumlah kecil pada orang-orang dengan pendapatan tinggi.
Pajak penjualan juga dikatakan lebih berpihak pada orang kaya. Itu lantaran beberapa barang mewah justru dikenakan pajak dengan jumlah rendah. Bahkan batu permata sama sekali tidak dikenakan pajak.
Selain itu, tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya peluang bagi wanita untuk mendapatkan pekerjaan juga menjadi salah satu masalah yang memperburuk masalah kesenjangan di sana. Selain itu adanya pembatasan perdagangan juga menjadi salah satu pemicu kesenjangan sosial ekonomi antar para penduduk Turki.
Itulah beberapa persoalan yang akhirnya memicu ketidaksetaraan pendapatan di Turki. (Sis/Ndw)
Advertisement