Liputan6.com, Jakarta - Rusia menyatakan ketertarikannya untuk mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia. Negeri beruang merah tersebut bahkan siap bekerjasama dengan industri pesawat dalam negeri seperti PT Dirgantara Indonesia (DI).
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Suryono menyampaikan hal itu usai mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin menerima kunjungan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin beserta perwakilan dari perusahaan-perusahaan asal Rusia.
Suryono mengungkapkan, Rusia telah menyampaikan keinginannya untuk bekerjasama dengan Indonesia sektor kedirgantaraan. Rusia menawarkan untuk meneruskan pembangunan pesawat jenis N219 yang sebenarnya sudah didesain oleh PT DI namun belum diproduksi secara komersial.
Advertisement
"Mereka tertarik mengembangkan N219, pesawat kecil dan multiguna untuk diproduksi di PT DI. Mereka juga punya produk seperti itu. Kala N219 fully desain Indonesia. Kalau mereka mau bikin disini bisa bikin made in Indonesia, " ujar Suryono di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (23/10/2015).
Dia menjelaskan, pesawat kecil semacam N219 ini sebenarnya sangat penting dimiliki oleh negara kepulauan seperti Indonesia. Pesawat ini bisa jadi solusi masalah transportasi di wilayah pedalaman yang sulit ditembus dengan jalan darat.
"Itu kita bisa pakai untuk penerbangan border seperti di Papua dan Kalimantan, itu penting. Kita bangun transportasi darat di wilayah border cost-nya luar biasa. Kalau bangun jalan dari ujung selatan ke ujung utara Papua kan jauh, nah harus disiapkan transportasinya. N219 sasarannya untuk melayani kesulitan itu," jelas Suryono.
Selain itu, lanjut Suryono, pesawat ini juga dinilai memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pesawat berbadan besar jika ditujukan untuk wilayah-wilayah yang masih sulit dijangkau. Salah satunya yaitu tidak perlu landasan yang bagus dan panjang untuk bisa menerbangkan pesawat ini.
"Itu pesawat multi purpose. Bisa angkut orang, angkut barang. Dia juga point to point. Tidak perlu landasan yang bagus, cukup pakai batu (tidak perlu diaspal) sudah bisa landing. Dan tidak perlu landasan yang panjang," tandasnya. (Dny/Ahm)