Prediksi Gajimu 5 Tahun ke Depan

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan kenaikan gaji per tahunnya.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Nov 2015, 00:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 00:00 WIB
Prediksi Gajimu 5 Tahun ke Depan
Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan kenaikan gaji per tahunnya.

Liputan6.com, Jakarta Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh kandidat saat wawancara. “Kalau pindah ke perusahaan tersebut, kira-kira berapa gaji saya lima tahun yang akan datang?”

Jujur, pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab, tapi saya akan mencoba menjawabnya berdasarkan pengalaman.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan masing-masing dalam menentukan kenaikan gaji per tahunnya. Secara umum, perusahaan akan mempertimbangkan kenaikan gaji karyawan dari:

1. Yang pertama tentu saja performa perusahaan secara keseluruhan di tahun sebelumnya
2. Yang kedua, performa individu yang bersangkutan
3. Yang terakhir, tingkat inflasi pasar

Berdasarkan ketiga poin tersebut, perusahaan akan memformulasikan tingkat kenaikan gaji (dalam persen) dalam setahun. Pihak HRD biasanya juga akan “kompakan,” artinya saling berkomunikasi dengan pimpinan HR lain dalam industri yang sama dan berbagi info soal rencana kenaikan gaji tahunannya. Ada seperti “kesepakatan” dalam beberapa industri mengenai besaran tingkat kenaikan gaji tahunan.

Karena tingkat inflasi Indonesia cukup tinggi, kenaikan gaji per tahun bisa dibilang cukup tinggi jika dibandingkan negara-negara maju. Ketika di BMW Indonesia, menurut bos saya, kenaikan gaji rata-rata di Indonesia tidak masuk akal. Di Jerman, kenaikan gaji di atas 3% sudah dianggap luar biasa. Lah, tingkat inflasi di Jerman saja tidak sampai 2%, pikir saya. Secara value of money, mereka menerima jauh lebih baik.

Selain kenaikan gaji tahunan, ada juga kenaikan gaji promosi. Kalau mau fair, kenaikan gaji promosi seharusnya mengikuti rentang gaji posisi yang sama. Berapa besarannya? Sekali lagi, semua tergantung perusahaannya.

Semua pembahasan di atas juga tergantung kultur perusahaan dalam kebijakan remunerasi. Bukan jaminan kalau perusahaan multinasional akan memberikan kenaikan gaji yang lebih baik ketimbang perusahaan lokal. Namun perlu digali pula, perusahaan lokal yang seperti apa? Tidak semua perusahaan lokal akan memberikan gaji yang tinggi. Beberapa berani memberi gaji tinggi karena ingin mendapatkan kaliber perusahaan asing.

Kalau tingkat inflasi Indonesia berada di kisaran 7% sampai 9% misalnya, maka kenaikan gaji tahunan—yang sering disebut ‘adjustment’—akan mengacu pada persentase tersebut. Jadi, kalau gaji kita misal Rp 5.000.000, dan kita ambil persentasi median di 8%, maka dalam lima tahun, gaji kita kira-kira akan berada di kisaran Rp 6.800.000.

Mungkin banyak yang berpikir, kok kecil ya? Maka banyak karyawan kemudian aktif mencari peluang di luaran demi mengejar rupiah yang lebih baik.

Jadi sebaiknya bagaimana? Apakah kita harus menjadi “kutu loncat” untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi?

Definisi “kutu loncat” bagi saya adalah seorang profesional yang rajin berpindah-pindah perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pernah saya mewawancarai seseorang dengan pengalaman berkarir 15 tahun di 20 perusahaan.

Awal berkarir saya pun, saya memiliki kecenderungan menjadi “kutu loncat.” Berkarir di bank hanya dua tahun, lalu pindah ke perusahaan rokok, belum sampai setahun sudah pindah ke industri financial. Tidak sampai enam bulan, pindah lagi ke telekomunikasi. Agak lama di situ, sekitar tiga tahunan, saya pindah lagi ke industri kecantikan selama tiga tahun. Setelah itu lumayan lama (lima tahun) di BMW Indonesia.

Setelah saya analisa, ternyata gaji saya setelah berpindah-pindah itu lebih kecil dari teman saya yang stay di perusahaan saya yang pertama, yaitu di bank. Beliau rupanya berkali-kali mendapatkan promosi yang mendongkrak gajinya secara signifikan.

Pindah tempat berkarir memang biasanya bisa mendongkrak gaji juga — kisarannya di 30%. Namun, ada juga yang mendapatkan kenaikan gaji hingga 100%, tergantung skill dan expertise si kandidat.

Jika ada pertanyaan, “Lebih baik rajin pindah berkarir atau stay di tempat yang sama?” jawaban saya: pertimbangkan masak-masak. Memang, dengan berpindah karir (bukan dalam waktu yang singkat tentunya), ternyata menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman saya, yang saya yakin tidak akan saya dapatkan kalau stay di tempat yang sama. Tapi terlalu sering berpindah juga kurang bijaksana, apalagi sampai 20 perusahaan dalam 15 tahun.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya