Liputan6.com, Jakarta - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mendapat kehormatan dengan kehadiran ‎alumnusnya yang kini masuk dalam Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK), yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Selama dua jam, pria jebolan Sorbonne University, Paris, ini sukses membuat para siswa terkesima dengan paparan tentang perekonomian dunia dan Indonesia sejak dilanda krisis 1998 sampai saat ini.
Darmin memberi bekal kuliah umum di hadapan puluhan mahasiswa dan Guru Besar UI, di antaranya Emil Salim, Miranda Gultom, serta pengamat ekonomi UI Lana Soelistianingsih. Kuliah umum berlangsung sejak pukul 09.00 WIB di Auditorium FEB UI dengan tema besar "Inklusi Keuangan."
Secara garis besar, Darmin yang merupakan mantan Direktur Jenderal Pajak ini mengulang kembali perjalanan ekonomi Indonesia yang terseok-seok saat diterjang badai krisis keuangan 1998-1999. Dengan berbagai upaya, akhirnya negara ini kembali bangkit dari keterpurukan dalam jangka waktu 5 tahun.
"Kemudian setelah krisis 1998, ‎muncul fenomena baru melonjaknya harga-harga komoditas atau hasil sumber daya alam, termasuk kelapa sawit. Terjadi deindustrialisasi, tapi tidak mendorong industri bertumbuh, justru malah turun," ujarnya.
Tidak berlangsung lama, eks Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menambahkan Indonesia kembali harus menelan pil pahit dengan krisis ekonomi 2008 yang menjadi puncak krisis karena penerimaan pajak terus tergerus. Namun pemerintah saat itu berhasil melakukan reformasi struktural, sehingga Republik ini bisa keluar dari derita krisis.
‎"Lalu Amerika Serikat menggelontorkan likuiditas ke seluruh dunia, termasuk yang menikmati banjirnya likuiditas adalah Indonesia. Tapi kita gagal membangun industri lantaran tidak ada infrastruktur, misalnya saja smelter untuk mengolah hasil tambang," ujarnya.
Darmin mengatakan pemerintahan Jokowi menggenjot pembangunan infrastruktur baik melalui anggaran negara maupun mengandalkan investasi dari Penanaman Modal Asing maupun domestik, di antaranya infrastruktur jalan, tol laut, dan sebagainya. (Fik/Ndw)**