Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengaku penyelesaian masalah dalam pembangunan PLTU Batang berkapasitas 2x1.000 Mega Watt (Mw) tidak mudah. Meski saat ini sudah ditandatangani financial closing namun jadwal ini mundur dari yang ditargetkan.
Jokowi menceritakan saat dirinya menjabat sebagai Presiden, dirinya memiliki komitmen untuk menyelesaikan persoalan PLTU Batang ini dalam waktu enam bulan. Namun, dalam kenyataannya ini tidak tercapai, alhasil Jokowi kembali memperpanjang targetnya enam bulan lagi.
"Akhirnya sekarang proyek ini jalan, walaupun mundur sedikit. Karena memang sudah 4 tahun mangkrak. Memang problem di lapangan bukan masalah kecil, rumit, tidak akan selesai jika saya ceritakan di sini," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Baca Juga
PLTU Batang ini merupakan kerja sama antara Pemerintah dengan Badan Usaha ketenagalistrikan dan didanai oleh Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
Saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang beberapa waktu lalu, Jokowi mengaku ditagih mengenai proyek PLTU Batang itu. Mengingat pembebasan lahan yang menjadi kendala selama ini sudah selesai, Jokowi dengan tegas siap untuk konstruksi.
"Sekarang gantian, pas pembebasan lahan sudah selesai, saya ketemu Pak Perdana Menteri, saya tanya, kapan pendanaannya dicairkan. Ternyata ini langsung direspons, alhasil saat ini ada kesepakatan financial closing," ujar Jokowi.
Jokowi meminta kepada kontraktor untuk membangun dan menyelesaikannya tepat waktu seiring pendanaan sudah cair untuk membangun PLTU dengan nilai investasi US$ 4,2 miliar. PLTU Batang ini ditargetkan bisa dioperasikan pada 2019. (Yas/Ahm)