Tax Amnesty Tekan Bisnis Biro Perjalanan Wisata?

Astindo menilai penjualan tiket melalui agen perjalanan turun lantaran didorong sejumlah faktor. Salah satunya tax amnesty.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Des 2016, 10:45 WIB
Diterbitkan 11 Des 2016, 10:45 WIB
Bisnis biro perjalanan wisata
Kemenhub bakal membuka pelabuhan khusus pariwisata sebagai fasilitas sandar kapal-kapal pesiar atau cruise dan yacht di Labuan Bajo.

Liputan6.com, Jakarta - - Asosiasi Penjual Tiket Penerbangan Indonesia (Astindo) menyatakan, bisnis penjualan tiket oleh agen perjalanan atau travel agent kurang menggairahkan pada tahun ini. Salah satunya imbas tax amnesty.

Selain karena alasan faktor kondisi perekonomian domestik yang melemah, program pengampunan pajak (tax amnesty) disebut-sebut ikut memberikan dampak ke industri pariwisata, khususnya bagi biro perjalanan wisata.

Wakil Sekjen Astindo, Pauline Suharno mengungkapkan, pertumbuhan sektor pariwisata, terutama penjualan tiket melalui agen perjalanan turun di tahun ini dibanding sebelumnya. Pendapatan yang diterima agen perjalanan ini pun tidak menggembirakan. Sayangnya, dia enggan menyebut prosentase penurunan tersebut.

"Ada penurunan pertumbuhan ya. Karena dari segi revenue, teman-teman travel agent mengeluhkan tidak menguntungkan," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (11/12/2016).

Pauline membeberkan penyebabnya. Pertama, dia mengakui, perekonomian domestik masih lemah, seperti tahun sebelumnya. Kedua, dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan sehingga orang atau yang disebutnya sebagai traveller berpikir dua kali untuk berlibur ke luar negeri.

"Penyebab ketiga, karena tax amnesty. Kan tahun ini ada tax amnesty, jadi banyak yang harus saving uangnya. Mereka menghabiskan uang cukup banyak untuk bayar uang tebusan tax amnesty, sehingga memangkas bujet travelling-nya," Pauline menerangkan.

Sambungnya, orang terpaksa memangkas anggaran liburan atau wisatanya baik ke dalam maupun luar negeri. Lanjut Pauline, ditambah lagi traveller dari kalangan pengusaha dibebankan dengan biaya lain, seperti BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan untuk karyawannya sehingga membuat pengeluaran membengkak.

"Sementara pendapatan atau keuntungan pengusaha tetap atau turun, tapi pengeluarannya ekstra. Jadi mau tidak mau bujet travelling dipangkas. Kan travelling tergantung bujet juga," papar Pauline.

Dia berharap, ekonomi nasional kembali membaik di tahun depan dan pemerintah merealisasikan komitmennya mendorong sektor pariwisata melalui kemudahan akses ke daerah serta pembangunan infrastruktur yang memadai ke daerah wisata.

"Pemerintah juga diharapkan dapat mempermudah travel agent konvensional dengan berbagai peraturan yang mendukung. Paling penting, menertibkan travel online tidak resmi, sementara travel agent konvensional berdarah-darah jualan tiket dengan aturan yang ketat," pinta Pauline.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya