Pilkada Serentak sampai Penjualan Mobil Dorong Ekonomi RI

Pertumbuhan ekonomi pada 2016 sebesar 5,02% menurut pengeluaran dikontribusi pengeluaran konsumsi lembaga non profit rumah tangga.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Feb 2017, 14:46 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2017, 14:46 WIB
20170124-Proses Pelipatan Surat Suara-Jakarta
Petugas melipat surat suara Pilkada DKI Jakarta 2017 di Gudang Logistik KPU Jakarta Pusat, Senin (24/1). Nantinya semua surat suara akan di distribusikan ke 1.237 TPS di seluruh wilayah Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02 persen pada 2016. Realisasi ini ditopang dari pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak serta konsumsi rumah tangga.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu sebesar 5,02 persen menurut pengeluaran dikontribusi pengeluaran konsumsi LNPRT yang tumbuh paling tinggi sebesar 6,62 persen.

"Meningkatnya kegiatan organisasi masyarakat (ormas) dan partai politik (parpol) dalam persiapan dan kampanye Pilkada serentak di 101 daerah. Juga peningkatan kegiatan organisasi bantuan kemanusiaan," ujar dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (6/2/2017).

Selanjutnya, Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,01 persen. Penguatan ini berasal dari kelompok transportasi dan komunikasi, penjualan mobil penumpang tumbuh tinggi, serta kelompok restoran dan hotel.

Dari data BPS, penjualan mobil secara wholesale atau penjualan sampai tingkat dealer pada kuartal IV-2016 mencapai 278.894 unit, atau naik sebesar 11,24 persen (q-to-q) dan 12,18 persen (y-on-y).

"Sayangnya, pengeluaran konsumsi pemerintah terkontraksi dengan pertumbuhan negatif 0,15 persen. Utamanya dipicu penurunan belanja
bantuan sosial (bansos)," jelas Suhariyanto.

Menurut pengeluaran lainnya, dia menuturkan, dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi tumbuh 4,48 persen. Pertumbuhan barang modal jenis kendaraan (domestik) dan peralatan lainnya (domestik dan impor) yang tinggi terkoreksi kontraksi barang modal jenis mesin, dan perlengkapan serta kontraksi belanja modal pemerintah untuk bangunan dan infrastruktur.

"Ekspor dan impor terkontraksi masing-masing tumbuh negatif 1,74 persen dan negatif 2,27 persen," jelas Suhariyanto.

Dijelaskannya, ekspor terkontraksi dipicu penurunan pada ekspor barang migas dan non migas, contohnya komoditas lemak dan hewan nabati, bahan bakar mineral, barang-barang kayu, dan lainnya. Sementara ekspor jasa tumbuh.

"Sedangkan pertumbuhan impor masih negatif terutama terjadi pada impor bahan baku dan penolong, seiring dengan perlambatan industri manufaktur," Suhariyanto mengatakan.(Fik/Nrm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya