5 Trik Dagang yang Dibenci Pembeli

Ada banyak sekali trik atau strategi dagang yang tidak disukai pembeli.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 13 Mei 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2017, 10:00 WIB
Ilustrasi belanja
Ilustrasi belanja

Liputan6.com, Jakarta - Ada anggapan dalam berdagang, yakni mengambil barang dengan modal semurah-murahnya dan menjualnya kembali dengan harga semahal-mahalnya. Apakah ada yang salah dengan hal ini?

Tentu tidak karena yang namanya jual beli adalah tergantung pada kesepakatan. Tinggal bagaimana seorang pedagang menjaga kualitas produknya serta mematuhi kode etik dunia perdagangan yang umumnya tidak tertulis resmi.

Sayangnya tidak semua pedagang melakukan transaksi dengan jalur yang benar. Ada banyak sekali trik atau strategi dagang yang kurang mengenakan dan sama sekali tidak disukai pembeli. Bahkan diantaranya dianggap cukup merugikan konsumen yang tidak memiliki wawasan luas tentang sebuah produk.

Lalu sebenarnya apa saja trik dagang yang tidak disukai oleh para pembeli? Berikut ulasan selengkapnya seperti dikutip dari Laruno.com:

1. Barang yang dijual tidak sesuai

Barang yang dibeli tidak sesuai kondisinya, tentu adalah kerugian bagi pihak pembeli. Padahal pihak penjual mengatakan barang sesuai dengan apa yang dipesan.

Umumnya bisa terjadi kesalahan atau memang disengaja untuk menghabiskan stok dagangan lama. Bagaimana pun juga strategi semacam ini tidak perlu dilakukan.

2. Memberi informasi kurang tepat

Trik dagang semacam ini sudah menjurus pada kebohongan. Pedagang yang baik tentu akan memberikan informasi yang tepat dan akurat, tidak melebih-lebihkan dan tidak mengurangi. Mungkin pemberian informasi semacam ini memang membuat calon pembeli akhirnya terpaksa mengambil barang yang Anda rekomendasikan.

Sebagai contoh seorang pedagang kamera mengatakan bahwa sebuah kamera A memiliki effective pixel mencapai 20 MP, itu lebih bagus kualitas gambarnya ketimbang kamera B yang hanya 15 MP. Padahal kamera B memiliki fisik sensor lebih besar sehingga kualitas gambar lebih bagus.

Informasi yang diberikan pedagang tentu menyesatkan karena kualitas gambar memang tergantung pada fisik sensor bukan effective pixel. Trik ini memanfaatkan ketidaktahuan konsumen.

Menambah order



3. Menambah order tanpa permintaan

Menambah order barang secara sepihak atau tanpa persetujuan, apakah itu sebuah strategi dagang yang baik? Tentu tidak, bahkan lebih seperti memaksakan.

Contohnya adalah saat Anda membeli sebuah kamera, namun ternyata pedagang sudah memasukan satu paket satu kamera dengan aksesoris lain seperti filter UV maupun tas.

Padahal tidak semua pembeli membutuhkan itu, tetapi apa daya semua sudah total dalam catatan bon dan Anda malu jika tidak membayarnya. Jika menawarkan barang tambahan sebaiknya konfirmasikan dahulu dengan konsumen, bukan dengan cara pemaksaan seperti itu.

Trik dagang curang di atas tentu tidak disukai oleh pembeli dan justru lebih merugikan Anda. Toko atau lapak dagangan Anda akan terkenal sebagai pedagang yang curang.

4. Pemerasan harga

Pernahkah Anda mendengar soal berita menghebohkan di mana ada pengunjung warung makan di kawasan wisata pantai anyer yang disodorkan catatan bon pembayaran dengan harga fantastis.

Padahal yang dipesan hanyalah beberapa seafood, sayur dan minuman, namun total satu juta harus dibayar. Masuk akalkah harga itu? Bukankah tidak berdosa mengharga produk semahal yang diinginkan pedagangnnya?

Tidak berdosa, namun Anda akan kehilangan reputasi dan lebih mencemarkan nama baik sendiri. Entah mengapa masih banyak pedagang yang suka memeras pembeli dengan harga tidak wajar.

Sebagai contoh adalah seperti di atas, yakni warung makan di tempat wisata, atau toko yang masih memiliki stok barang tertentu di mana di toko lain sudah tidak ada stok.

Anda mungkin akan berjaya dan mendapatkan untung banyak dengan trik dagang semacam ini, namun berhati-hatilah akan resiko di masa mendatang.

Ganti produk



5. Mengganti dengan produk yang lain

Beberapa orang sering mengeluhkan ada pedagang yang curang, yakni memberikan produk lain tanpa persetujuan dengan pembeli. Sebagai contoh Anda memesan satu steak daging sapi dengan topping keju.

Namun di saat stok keju sudah tidak ada, Anda justru dibuatkan sebuah steak daging sapi dengan topping jamur tanpa adanya pemberitahuan.

Hal ini mungkin dilakukan agar pembeli tetap membayar order sesuai yang dipesan awal. Padahal tidak semua pembeli menyukai topping jamur.  Atau mungkin ketika Anda harus mengganti piston sepeda motor dengan merek A, namun pihak bengkel justru menggunakan produk piston merek B.

Mau Baca Tips Bisnis dan Karir Lainnya Dari Tung Desem Waringin? Silakan klik belajar.me

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya