Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mampu menguat pada pembukaan perdagangan Jumat tetapi akhirnya tertekan dari level tertinggi karena pasar keuangan terganggu adanya laporan dari ABC News. Dalam laporan ABC News disebut bahwa adanya campur tangan Rusia dalam kampanye Donald Trump saat pemilihan presiden AS tahun lalu. Laporan tersebut membuat investor khawatir sehingga menekan harga minyak.
Mengutip Reuters, Sabtu (2/12/2017), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga dunia, naik ke US$ 64,32 per barel di awal perdagangan. Kenaikan tersebut dipicu kesepakatan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara non-OPEC lain untuk melanjutkan pemotongan produksi minyak hingga akhir 2018.
Tetapi kenaikan harga minyak tersebut tak berlanjut. Menjelang penutupan harga minyak tertekan karena pelemahan Wall Street menyusul keluarnya laporan dari ABC News yang menyatakan bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional AS Michael Flynn siap untuk membuka informasi ke penyidik soal keterlibatan Rusia saat kampanye pemilihan Presiden AS tahun lalu.
Advertisement
Baca Juga
Reuters belum memverifikasi laporan ABC News, yang mengutip seorang kepercayaan Flynn. Flynn juga mengaku bersalah pada hari Jumat karena berbohong kepada FBI.
"Harga minyak telah mengurangi kenaikan sebelumnya seiring dengan penurunan yang terlihat di pasar ekuitas karena berita mengenai Michael Flynn," kata Analis Energi Senior di Global Gas Analytics Interfax Energy, London, Abhishek Kumar.
Dengan tekanan tersebut saat penutupan pasar harga Brent berjangka menetap di US$ 63,73 per barel. Sedangkan untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk menetap di US$ 58,36 per barel.
Sepanjang pekan ini, harga minyak Brent turun kurang dari 1 persen dan minyak AS turun sekitar 1 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kesepakatan OPEC
Para produsen minyak dunia bertemu di Wina pada Kamis kemarin untuk membahas kesepakatan kontrol produksi yang sudah berjalan sejak awal tahun ini.
Hasilnya dari pertemuan tersebut, seluruh anggota OPEC, Rusia dan sembilan produsen lainnya sepakat untuk mengganti kesepakatan yang awalnya berlangsung sampai Maret, menjadi lebih panjang kurun Januari hingga Desember 2018.
Pedagang pada awal pekan memang meyakini jika OPEC akan memperpanjang kesepakatan tersebut selama sembilan bulan sampai akhir 2018.
Namun para menteri mengirim pesan beragam, dengan keraguan Rusia untuk menyetujui perpanjangan sembilan bulan yang muncul sebagai hambatan utama.
Advertisement