Jaga Harga Komoditas, Darmin Ajak Pengusaha Bangun Pusat Logistik di Desa

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumpulkan pengusaha untuk membahas mengenai pembangunan sistem logistik desa (Sislogdes).

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2019, 19:51 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2019, 19:51 WIB
3 Menteri Jokowi Umumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat meluncurkan Paket Kebijakan Ekomomi XVI di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (16/11). Pemerintah meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumpulkan pengusaha untuk membahas mengenai pembangunan sistem logistik desa (Sislogdes). Sislogdes ini diperlukan untuk memaksimalkan pendapatan negara dari penjualan hasil bumi setiap daerah.

"Bidang logistik sebelumnya terbatas pada logistik desa, kota, untuk pangan. Masih ada logistik lain desa kota untuk hasil bumi, masih ada ekspor impor itu belum," ujar Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Darmin menjelaskan, pembentukan Sislogdes ini diperlukan agar harga komoditas satu daerah dengan daerah lain tidak jauh berbeda. Sislogdes ini juga nantinya akan melengkapi segala kebutuhan setiap daerah dengan kualitas yang tidak jauh berbeda.

"Mereka bisa lahirkan logistik jadi harga tidak melonjak banyak antara satu daerah dengan daerah lain. Memang lebih mudah karena produknya produk industri sudah standar. Kalau pepaya mana yang grade a mana grade b, pepaya mungkin masih belum terlalu sulit tapi kalau pisang, lebih susah lagi, atau sayur, belum lagi gimana caranya supaya logistiknya jangan terlalu mahal dan pemain di desa itu jangan cuma dapat sisanya," katanya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak itu menambahkan, pengusaha juga mengusulkan berbagai saran agar infrastruktur yang telah dibangun seperti tol laut dapat memberi pengaruh besar dalam mendorong pemerataan harga seluruh Indonesia. Sebab, selama ini pengusaha banyak mengeluh tol laut sering kosong usai melakukan pengangkutan barang.

"Ada isu itu truk nya nanti pulangnya kosong? Gimana supaya enggak kosong? Itu semua tadi keluar ide nya, karena mereka pemain, mereka analis bisa bilang pak kayaknya begini kita harus lahirkan simpul-simpul logistik. Kemudian informasinya kita harus bangun begini, sehingga kalau dia pulang truknya dia tahu cari informasi di mana supaya barang bisa dibawa," jelasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tingginya Biaya Logistik Bikin Produk Ekspor RI Tak Kompetitif

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

 Biaya logistik yang tinggi membuat produk ekspor Indonesia tidak kompetitif. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar produk nasional lebih berdaya saing.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan,  porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40 persen dari harga produk di Indonesia. Kemudian komponen terbesar dari logistik tersebut yaitu 72 persen merupakan ongkos transportasi. 

"Biaya logistik masih tinggi. Tetapi Kadin tentu menyambut baik upaya pemerintah melakukan perbaikan sistem logistik nasional untuk mempercepat pengembangan usaha dan daya saing penyedia jasa logistik," ujar dia dalam Seminar Perdagangan Nasional di Jakarta, Kamis (28/2/2019).

Tingginya biaya logistik di Indonesia juga diakui Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara mengatakan, berdasarkan Logistic Performance Index 2018, Indonesia berada di posisi 46. Indonesia berada di bawah negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia

"Indonesia berada pada posisi 46 ‎ di dunia‎. Singapura nomor 7, Jerman nomor 1, kemudian Swedia, Belgia, Austria, Jepang, Belanda, Singapura, Denmark, Inggris, Finlandia. Dibandingkan Thailand, Vietnam dan Malaysia juga kalah‎. Thailand di 32, Vietnam di posisi 39, Malaysia di 41," kata dia.

Meski demikian, lanjut Ngakan, dengan beragam pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini diharapkan mampu memperbaiki posisi Indonesia dalam hal logistik ini.‎

"Ranking logistik kita memang up and down. Tapi dengan dibangun infrastruktur seperti tol itu sudah dilihat dampaknya. Ini juga sebagai langkah antisipasi ke depan, sehingga logistik bisa meningkat dari tahun ke tahun," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya