Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Mei 2019 sebesar 0,68 persen. Angka ini naik dari April sebesar 0,44 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, penyumbang terbesar naiknya inflasi pada Mei 2019 adalah gejolak harga bahan pangan jelang Lebaran 2019.
"Penyebab utama karena permintaan bahan makanan meningkat saat Ramadan, sehingga harga bergejolak dan memberikan andil besar ke inflasi di Mei 2019," kata dia di kantornya, Senin (10/6/2019).
Advertisement
Secara rinci, bahan makanan menyumbang inflasi Mei 2019 sebesar 0,43 persen dengan angka inflasinya sendiri sebesar 2,02 persen. "Utamanya naik untuk cabai merah, daging ayam ras, dan bawang putih," tegas dia.
Baca Juga
Selain bahan makanan, penyumbang terbesar ke dua adalah dari transportasi, konsumsi dan jasa keuangan. Adapun andilnya sebesar 0,1 persen dengan angka inflasinya di Mei 2019 sebesar 0,54 persen.
Sementara untuk kategori makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga memiliki andil terhadap inflasi Mei 2019 sebesar 0,1 persen dengan angka inflasinya sendiri sebesar 0,56 persen.
Untuk kategori perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memiliki andil inflasi 0,02 persen dengan angka inflasi pada Mei 2019 sebesar 0,06 persen. Kategori sandang, andil inflasinya sebesar 0,02 persen dengan angka inflasinya 0,45 persen.
Sedangkan kategori kesehatan, andil terhadap inflasi Mei 2019 cukup kecil yaitu sebesar 0,01 persen dengan angka inflasi Mei nya 0,18 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BPS Catat Inflasi Mei 2019 Sebesar 0,68 Persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Mei sebesar 0,68 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan inflasi 0,68 persen tersebut secara tahun kalender Januari - Mei adalah sebesar 1,48 persen.
"Sementara inflasi tahun ke tahun adalah 3,32 persen," kata dia di kantornya, Senin, 10 Juni 2019.
Dia menegaskan, inflasi Mei pada waktu tersebut adalah momen Ramadan dan Idul Fitri termasuk kategori terkendali.
"Target yang dipasang oleh pemerintah adalah 3,5 persen, dengan memperhatikan target ini saya akan simpulkan bahwa inflasi Mei 2019 terkendali," tegasnya.
Dia mengungkapkan, dari 82 kota yang dilakukan pemantauan 81 di antaranya mengalami inflasi. Hanya satu kota yang mengalami deflasi, yaitu Merauke.
"Dari 82 kota yang kita pantau, 81 kota mengalami inflasi, bisa dipahami karena ini bulan Ramadan. Hanya satu kota yang mengalami deflasi yaitu di Merauke. Merauke deflasi karena penurunan harga berbagai komoditas sayuran dan beras," ujar dia.
Advertisement
Prediksi Ekonom
Sebelumnya, inflasi Mei 2019 diperkirakan mencapai 0,54 persen month on month (MoM) atau 3,17 persen YoY. Inflasi tersebut didorong kenaikan inflasi sejumlah harga pangan.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, kenaikan inflasi kelompok pangan seperti daging ayam, bawang putih, cabai merah dan telur ayam dipengaruhi oleh kenaikan permintaan menjelang Lebaran meskipun terdapat beberapa harga komoditas yang cenderung turun yaitu beras dan bawnag merah.
Ia menilai, inflasi pangan cenderung terkendali seiring penguatan koordinasi pengendalian harga oleh Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
"Inflasi Mei 2019 diperkirakan mencapai 0,54 persen MoM atau 3,17 persen YoY," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 10 Juni 2019.
Selain kelompok bahan pangan, inflasi Mei 2019 juga dipengaruhi kenaikan inflasi kelompok transportasi seiring dengan kenaikan tarif pesawat sejalan dengan kenaikan permintaan konsumen dalam rangka mudik Lebaran.
"Meski pun inflasi cenderung meningkat pada Mei dan Juni, namun inflasi akan cenderung kembali normal pada kuartal III 2019 seiring kembali normalnya harga pangan dan tarif transportasi. Dengan demikian hingga akhir tahun, inflasi diperkirakan berkisar 3-3,5 persen YoY sesuai dengan target inflasi Bank Indonesia," tutur dia.