Menko Darmin Sebut Tarif Tiket Pesawat Masih Sumbang Inflasi di Mei

Tarif tiket pesawat yang sempat naik cukup tinggi berdampak pada pengeluaran rumah tangga.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mei 2019, 17:45 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2019, 17:45 WIB
Ilustrasi tiket pesawat
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kenaikan tarif tiket pesawat masih akan menyumbang inflasi pada Mei 2019. Sebab, penurunan harga tiket saat ini belum terlalu signifikan.

"Yang mungkin dampaknya ada adalah tiket pesawat. Dia sudah ada turun, tapi turunnya tidak besar. Walaupun naiknya bukan bulan Mei saja loh," ujar Menko Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Menko Darmin melanjutkan, tiket pesawat yang sempat naik cukup tinggi berdampak pada pengeluaran rumah tangga. Sehingga, jika harga masih belum terjangkau maka dapat menyumbang andil terhadap kenaikan inflasi.

"Memang kalau tiket pesawat itu ada turunnya tapi pasti tidak banyak. Jadi dia tidak balik lagi. Nah, pertanyaannya sebetulnya adalah bukan besarnya perubahan harga dari suatu barang atau jasa. Tetapi pertanyaannya adalah seberapa besar peranan dari pengeluaran rumah tangga untuk barang atau jasa itu," jelasnya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak itu menambahkan, komoditas lain yang diantisipasi memberi pengaruh pada inflasi adalah bumbu dapur seperti bawang putih dan cabai.

Meski demikian, pemerintah sudah mengambil langkah agar komoditas tersebut tak mengerek inflasi lebih tinggi.

"Kalau bawang putih itu tidak usah takut karena dia begitu turun dia langsung koreksi lagi. Kalau pangan, yang produk jangka pendek artinya yang bisa dihasilkan jangka pendek itu kalau dia naik menambah (inflasi), begitu dia (harga) turun, berkurang inflasinya."

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Tiket Pesawat Mahal, Jumlah Penumpang Damri Meningkat

Mau Kebagian Tiket Pesawat Promo? Pakai 4 Siasat Jitu Ini
Ilustrasi tiket pesawat (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Mahalnya tiket pesawat membuat banyak orang beralih menggunakan transportasi darat, yaitu bus. Jumlah penumpang bus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama untuk rute antarkota dan antarprovinsi.

Direktur Utama Perum DAMRI, Setia N Milatia Moemin mengakui adanya kenaikan jumlah penumpang bus. Namun belum terlalu terlihat sebab periode mudik dan arus balik belum dimulai.

"Tiket pesawat yang melonjak iya memang ada sedikit lonjakan (penumpang bus), tapi belum banyak karena ini lebarannya belum," kata dia dalam sebuah acara diskusi di kawasan Matraman, Jakarta, Kamis (23/5/2019).

Untuk hari biasa, dia mengungkapkan kenaikan penumpang sekitar 10 persen. Angka tersebut dipastikan akan meningkat semakin pesat jelang periode mudik lebaran dan arus balik tahun ini.

"Ada sedikit lonjakan pada permintaan antarkota dan antarprovinsi ada sekitar 10 persen sudah terjadi kenaikan tapi kami harapkan lebih tinggi lagi krena makin dekati lebaran orang Indonesia kan sukanya last minute lebaran," ujarnya.

Akan tetapi, dia mengungkapkan menurunnya jumlah penumpang pesawat juga membawa dampak buruk bagi perusahaannya. Sebab jumlah penumpang bus damri rute ke bandara anjlok hampir setengahnya.

"Tapi sejak tiket (pesawat) naik kami mengalami sedikit penurunan di angkutan ke bandara. Penjualannya agak turun," keluhnya.

Harga Tiket Pesawat Mahal, Permintaan Asuransi Penerbangan Turun

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Dody A.S Dalimunthe mengatakan mahalnya harga tiket pesawat terbang dapat berdampak pada industri asuransi. Harga tiket mahal dapat menyebabkan turunnya permintaan terhadap asuransi, terutama jenis asuransi yang berkaitan dengan penumpang.

Menurut dia, harga tiket yang mahal tentu akan berpengaruh kepada turunnya jumlah penumpang. Dengan demikian premi asuransi akan menurun, sebab turunnya permintaan.

"Harga tiket itu mungkin kaitan langsung dengan penumpang, jadi penumpang berkurang maka permintaan untuk asuransi untuk penumpangnya itu juga turun, seperti itu," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Kamis (23/5).

Sementara Ketua Bidang Statistik, Riset, Analisa TI & Aktuaria AAUI, Trinita Situmeang menjelaskan terdapat tiga jenis asuransi bagi penumpang pesawat terbang. Ketiga asuransi dimaksud, yakni kecelakaan diri (personal accident), liability, dan travel insurance.

"Asuransi aviasi ini, memang betul meng-cover semua risiko dalam penerbangan. Bisa masuk di personal accident dan liability. Juga travel insurance," ujarnya.

Terkait dampak mahalnya harga tiket ke premi asuransi personal accident maupun liability, kata dia, belum dapat dilihat pada kuartal I 2019. "Untuk kuartal I harga tiket belum berdampak. Mungkin untuk jangka panjang. Personal accident dan liability itu kan annual contract, kontrak periode satu tahun. Nanti waktu ketemu annual baru ketahuan," jelas dia.

"Tapi mungkin akan berpengaruh, tapi tidak banyak ke travel insurance. Ketika kita beli tiket, kita kan klik 'mau beli proteksi sebesar premi X'. Mungkin dengan jumlah penumpang turun, nggak ada yang klik juga," tandasnya.

Terkait kinerja asuransi di lini usaha aviasi pada kuartal I/2019, AAUI mencatat jumlah premi bruto asuransi lini usaha Aviasi sebesar Rp 97,75 miliar. Angka ini turun sebesar 45,2 persen atau terdapat selisih Rp 80,63 miliar jika dibanding dengan kuartal I/2018 yang sebesar Rp 178,38 miliar.

Sementara klaim bruto lini asuransi umum untuk lini usaha aviasi pada kuartal I 2019 tercatat sebesar Rp 53,61 miliar. Angka ini tumbuh 14,7 persen atau senilai Rp 6,87 miliar jika dibandingkan dengan kuartal I 2019 yang sebesar Rp 46,74 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya