Indonesia Dinilai Butuh Inovasi Pengelolaan Migas

Indonesia memiliki potensi minyak dan gas bumi (migas) yang besar untuk masa depan

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Feb 2020, 11:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2020, 11:00 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki potensi minyak dan gas bumi (migas) yang besar untuk masa depan. Namun perlu inovasi untuk mengelola sumur migas agar produksinya optimal.

Kepala Divisi Perencanaan Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo mengatakan, dari sebanyak 128 cekungan di Indonesia, masih ada 35 cekungan yang perlu dikembangkan dan 73 lainnya yang belum dieksplorasi.

SKK Migas pun menyakini masih adanya potensi cadangan migas yang sangat besar. Kondisi tersebut memberikan harapan bahwa industri hulu migas di Indonesia masih dapat berkembang di masa mendatang.

“Untuk memaksimalkan potensi yang ada tersebut, kita harus melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda atau disebut Business Unusual. Tetapi konteksnya positif. Business unusual itu berarti melakukan pekerjaan yang masif, agresif, dan efisien. Saya yakin hanya anak-anak muda bisa karena perubahan ada di tangan kalian,” kata Wahju, di Jakarta, Rabu (26/2/2020).

Sementara itu, Managing Director Schlumberger Indonesia, Devan Raj menjelaskan, inovasi sangat dibutuhkan demi optimalisasi kinerja pencarian dan produksi migas nasional. Ada banyak inovasi dalam hal teknologi pada proyek-proyek migas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Manfaatkan Teknologi

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Menurutnya, teknologi juga dapat membantu menemukan lapangan-lapangan baru dengan mengedepankan efisiensi dan efektifitas.

"Sebagai contoh, sebelum adanya bantuan dari teknologi ada sebuah pekerjaan yang memerlukan waktu selama 18 bulan. Sekarang, setelah adanya teknologi, waktu yang dibutuhkan dapat dipersingkat menjadi 18 hari," paparnya.

Devan mengungkapkan, digitalisasi yang terjadi di hampir semua industri itu tetap memerlukan energi. Oleh karena itu, upaya pencarian sumber energi termasuk migas menjadi sangat penting.

“Di industri migas, digitalisasi tidak bertujuan untuk mengganti peran tenaga kerja. Tetapi, teknologi justru membantu menghasilkan pekerjaan yang cepat, tepat, dan lebih baik,” ungkapnya.

Pembahasan masa depan migas tersebut merupakan bagian awal dari rangkaian acara pre-event Pameran dan Konvensi ke-44 Indonesian Petroleum Association (IPA) atau biasa disebut IPA Convex. Pada tahun ini merupakan acara ke-44 dan akan diselenggarakan pada 2–4 September 2020, di Jakarta Convention Center.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya