Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ekonom sepakat bahwa penyebaran virus Corona menjadi satu-satunya penyebab nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah parah.
Seperti diungkapkan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam. Dia mengatakan, dampak wabah virus Corona sudah terlalu masif sehingga membuat perekonomian di banyak negara besar dunia lumpuh.
Baca Juga
"Investor global yang sudah menunggu sekian lama sekarang meyakini bahwa wabah virus Corona ini tidak akan mudah diatasi. Butuh waktu yang lebih lama, dan dampaknya terhadap perekonomian global akan lebih besar daripada yang selama ini diperkirakan," jelasnya kepada Liputan6.com, Jumat (28/2/2020).
Advertisement
Meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar ini disebutnya mendorong mereka untuk keluar dari pasar keuangan di negara-negara yang berisiko tinggi. Sehingga investor saat ini cenderung mencari instrumen keuangan di negara safe haven.
"Akibatnya indeks harga di pasar keuangan yang ditinggalkan terjun bebas, dan nilai tukar mata uang domestik juga mengalami pelemahan yang dalam. Itu yang terjadi dengan IHSG dan nilai tukar rupiah kita," ungkapnya.
Menurut Piter, virus Corona menjadi satu-satunya penyebab rupiah dan IHSG yang makin terpuruk. "Faktor lainnya enggak ada. Utamanya karena corona yang belum bisa diatasi, bahkan memburuk," tegasnya.
Mitra Bisnis
Senada, Analis Bursa sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai, virus Corona memang sudah membuat negara besar yang jadi mitra bisnis Indonesia seperti Amerika Serikat dan China redup.
"Mitra bisnis yang paling utama selain Tiongkok adalah Amerika, yang saat ini juga terjangkit virus Corona yang luar biasa. Inilah yang mengakibatkan rupiah mengalami satu pelemahan," ujar dia kepada Liputan6.com.
Selain itu, Ibrahim juga menyoroti dana asing yang keluar dari Indonesia sejak awal 2020 telah mencapai angka Rp 30,8 triliun. Hal tersebut mengindikasikan pasar modal dalam negeri juga terus melemah.
"Itu terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN), obligasi yang sebesar Rp 26,2 triliun, dibanding saham yang hanya Rp 4,1 miliar. Artinya apa? Di bulan Februari ini dana asing yang keluar dari pasar modal cukup luar biasa," sebutnya.
Advertisement