Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melambung signifikan pada 21-25 April 2025. Penguatan IHSG tersebut didorong sentimen global dan domestik.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (26/4/2025), IHSG melonjak 3,74% ke posisi 6.678,91 pada 21-25 April 2025. Penguatan IHSG pekan ini lebih besar dari pekan lalu yang hanya naik 2,8% ke posisi 6.438,26.
Advertisement
Baca Juga
Kapitalisasi pasar BEI catat peningkatan tertinggi pada pekan ini. Kapitalisasi pasar BEI meroket 3,97% menjadi Rp 11.561 triliun dari pekan lalu Rp 11.120 triliun.
Advertisement
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat 3,74% dan disertai oleh meningkatnya volume pembelian.
Herditya mengatakan, pergerakan IHSG tersebut dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, Presiden AS Donald Trump yang melunak terhadap perang tarif yang sedang berlangsung sehingga membuat investor kembali ke pasar saham. Di sisi lain, Herditya mengatakan, dari sisi Gedung Putih sudah mengkonfirmasi kalau Donald Trump tidak akan memecat Jerome Powell sebagai ketua the Federal Reserve (the Fed).
"Hal ini menurunkan kekhawatiran investor akan lembaga independen tersebut,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Faktor kedua, penguatan dari komoditas emas dunia, menurut Herditya juga mendorong pergerakan emiten yang berbasis emas di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Ketiga, ada kenaikan rating menjadi overweight dari UBS, di mana dinilai kondisi valuasi saham Indonesia sudah mendekati level terendah saat pandemi dan adanya dukungan buyback dari emiten termasuk pelat merah,” kata dia.
Aksi Jual Saham oleh Investor Asing
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian pekan ini susut 4,88%, menjadi 1,11 juta kali transaksi dari 1,17 juta kali transaksi pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian BEI selama sepekan, anjlok 24,02% menjadi Rp11,06 triliun dari Rp14,56 triliun pada pekan sebelumnya.
Kemudian rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan ini terperosok 19,09% menjadi 18,23 miliar lembar saham dari 22,54 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya.
Di sisi lain, tekanan jual saham oleh investor asing juga mereda. Aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 1,15 triliun selama sepekan. Pada pekan lalu, aksi jual oleh investor asing mencapai Rp 13,68 triliun. Dengan demikian, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 50,70 triliun sepanjang 2025.
Advertisement
IHSG Terbang 2,8% pada 14-17 April 2025, Apa Pendorongnya?
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak signifikan pada perdagangan 14-17 April 2025. Penguatan IHSG didorong data makro ekonomi seperti cadangan devisa Indonesia sebesar USD 157 miliar.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (18/4/2025), IHSG melonjak 2,81% ke posisi 6.483,26 dari pekan lalu di posisi 6.262,22.
Kenaikan IHSG juga diikuti kapitalisasi pasar BEI pada pekan ini. Kapitalisasi pasar BEI naik 3,98% menjadi Rp 11.120 triliun dari pekan lalu Rp Rp 10.695 triliun.
Lonjakan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa yang naik 19,22% menjadi 22,54 miliar saham dari 18,90 miliar saham pada pekan lalu.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat 2,81% di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. "Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dikarenakan terjadinya eskalasi perang dagang, di mana Amerika Serikat (AS) kembali memberikan tarif sebesar 245% kepada China,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, terdapat rilis data cadangan devisa Indonesia sebesar USD 157 miliar dan Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia yang terkontraksi ke level 121.
Selain itu, selama sepekan, investor asing mencatat aksi jual saham Rp 13,68 triliun. Aksi jual selama sepekan ini lebih besar dari pekan lalu yang mencapai Rp 5,93 triliun. Dengan demikian sepanjang 2025, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 49,55 triliun.
“Beberapa hal yang menyebabkan outflow kami perkirakan karena ketidakpastian global atas adanya eskalasi perang dagang, kemudian adanya profit taking dan kemudian switching aset ke instrumen yang minim risiko,” kata dia.
