BI Kucurkan Rp 300 Triliun Stabilkan Rupiah dari Tekanan Virus Corona

Bank Indonesia sudah mengucurkan dana sekitar Rp300 triliun sepanjang tahun ini dalam intervensi pasar guna menguatkan nilai tukar rupiah.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Mar 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2020, 20:00 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Menguat
Teller menghitung mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia sudah mengucurkan dana sekitar Rp300 triliun sepanjang tahun ini dalam intervensi pasar guna menguatkan nilai tukar rupiah dari tekanan dolar AS, yang terjadi akibat pandemi global virus corona atau COVID-19.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi pers usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, mengatakan intervensi nilai tukar rupiah dilakukan di pasar spot, kemudian di pasar sekunder untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas investor asing, dan intervensi di pasar Domestik NDF

"Kami terus melakukan injeksi likuidtas baik rupiah dan valas, untuk injeksi likuditas kami laporkan tahun ini sudah injeksi rupiah hampir Rp 300 triliun," kata Perry dikutip dari Antara, Jumat (20/3/2020).

Injeksi likuiditas itu antara lain dengan pembelian SBN di pasar sekunder mencapai Rp163 triliun, yang telah dilepas investor asing. Kemudian, BI mengubah Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah atau batas pencadangan kas bank mencapai Rp51 triliun sejak awal tahun.

Selain itu, BI juga melonggarkan lagi GWM rupiah dengan tambahan likuiditas mencapai Rp23 triliun dan GWM valas dengan nilai suntikan dana 3,2 miliar dolar AS.

Perry mengatakan langkah ini dilakukan karena aliran modal asing (capital outflow) yang keluar dari Indonesia terus meningkat akibat tekanan ekonomi global. Dari Januari hingga Kamis (19/3) kemarin, arus modal keluar mencapai Rp105,1 triliun secara neto.

Selain intervensi pasar, BI juga mendorong agar dunia usaha termasuk para eksportir turut membantu menjaga nilai tukar rupiah, dengan tidak menahan dolar AS. Eksportir dapat melepas dolar AS ke pasar sehingga memberikan pasokan dolar AS di pasar valuta asing.

“Oleh karena itu dalam konteks ini Presiden Joko Widodo memberikan arahan supaya seluruh potensi suplai yang ada di dalam negeri dimobilisasi termasuk para eksportir yang selama ini menahan dolarnya, agar juga memberikan suplai kepada pasar valas,” ujarnya

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dana Asing Rp 105 T Kabur Gara-Gara Corona, BI Sebut Terjadi di Seluruh Negara

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia mencatat sampai tanggal 19 Maret 2020 terjadi penarikan dana asing sebanyak Rp 105 trilliun. Terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp 92,8 triliun.

"Sementara saham adalah Rp 8,3 T, itu data kami sampai 19 Maret 2020," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian secara virtual, Jakarta, Jumat (20/3).

Penarikan dana asing / capital outflow sebagian besar terjadi di bulan Maret. Hal ini terjadi seiring penyebaran virus corona yang ada di Indonesia.

Namun penyebaran covid-19 juga terjadi negara-negara maju. Ini lah yang membuat para investor melepaskan aset berharganya dan ramai-ramai mengkonversikan ke mata uang dollar Amerika.

"Ini yang dihadapi seluruh dunia, ada pelepasan aset keuangan dan mereka konversi ke dolar" kata Perry.

Untuk itu dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia membeli SBN yang dilepas investor asing. Tahun ini bank sentral telah membeli Rp 163 triliun SBN yang dilepas asing.

"Ini untuk kurangi tekanan pada pasar SBN," kata Perry.

Bersama OJK, Bank Indonesia terus berkoordinasi dan menjaga pasar agar tetap berjalan. Fokusnya untuk menjaga confidence, memastikan bekerjanya mekanisme pasar, dan menjaga likudiitas baik rupiah maupun valas.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya