Produk Baja Nasional Mampu Tembus Pasar Ekspor di Tengah Pandemi Corona

Utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan virus corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Apr 2020, 17:45 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2020, 17:45 WIB
20161215-Baja-AY1
Tumpukan baja dikumpulkan untuk di kirim melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (15/12). Di Indonesia peluang pengembangan industri dan konstruksi baja nasional masih terbuka lebar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saat perekonomian bangsa tengah melemah karena terdampak pandemi COVID-19, kabar gembira datang dari sektor industri logam tanah air.

PT Tata Metal Lestari, produsen BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) dalam negeri yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang, untuk pertama kalinya mengekspor produk mereka ke beberapa negara, di antaranya Amerika, Puerto Rico dan Kanada.

Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari pun mengapresiasi keberhasilan ini. Dia mengatakan, langkah ekspor merupakan langkah yang sangat tepat.

Pasalnya saat ini utilisasi baja tengah menurun hingga 50 persen karena pemerintah tengah terfokus dalam penanganan virus corona. Namun sesuai tupoksi, Kemenperin tetap mengawal industri-industri baja agar tetap berjalan sehingga perekonomian tetap berdenyut.

“Pada dasarnya kalau untuk baja ini kita butuh untuk pemenuhan dalam negeri sendiri. Tapi jika ekspor dilakukan oleh industri yang produknya secara suplai sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri, itu (ekspor) sebagai diversifikasi pasar. Jadi itu (ekspor) memang kita dorong. Karena sekarang kan untuk produk hilir demandnya sedang berkurang," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (9/4/2020).

"Karena orang perbelanjaan banyak ke obat-obatan, masker dan segala macam. Jadi kita berharap adanya diversifikasi pasar dengan melakukan terobosan ekspor. Jadi kita harapkan dengan adanya ekspor ini industri dapat bertahan dalam situasi seperti sekarang ini,” lanjut Dini.

Dia menambahkan, guna mendorong terobosan ekspor ini pemerintah juga telah melakukan berbagai cara yang dapat memudahkan pelaku industri baja menembus pasar mancanegara.

Selain menjamin suplai bahan baku dalam negeri sehingga rantai pasok tetap terjaga, pemerintah juga punya fasilitas FTA dengan negara mitra untuk menurunkan bea masuk produk dari Indonesia.

Selanjutnya mengenai standar yang dibutuhkan untuk menembus pasar ekspor Dini menjelaskan, pada dasarnya SNI produk baja yang disusun dalam negeri sebagian besar juga sudah mengacu pada standar internasional.

“SNI yang disusun dalam negeri sebagian besar sudah mengacu pada standar JIS dan ASTM. Sehingga secara umum standar internasional dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri apabila industri tersebut sudah memenuhi SNI,” terangnya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Nilai Ekspor

Kinerja Kerja Ekspor dan Impor Menurun
Aktivitas pekerja bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/10/2019). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2019 menurun. Total ekspor Indonesia mencapai US$ 14,28 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Vice Presiden PT Tata Metal Lestari Stephanus Koeswandi menuturkan, total nilai BJLAS dan BJLS yang diekspor kali ini mencapai 300 ton pada tahap awal. Namun untuk selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 2.000 ton-3.000 ton per bulan dengan nilai USD 1,6 juta-USD 2 juta.

Dia menambahkan, ekspor perdana ini menunjukan bahwa baja produksi PT. Tata Metal Lestari yang merupakan 100 persen milik Indonesia (PMDN) terbukti bisa bersaing di pasar internasional dan memiliki standard mutu yang diakui secara internasional pula. Dengan pengalaman menjaga kualitas lebih dari 25 tahun, PT Tata Metal Lestari yang merupakan anak perusahaan dari Tatalogam Group memiliki komitmen dalam kualitas.

“Ekspor perdana ini merupakan awal dari milestone bagi BJLAS (Baja Lapis Alumunium Seng) dan BJLS (Baja Lapis Seng) produksi PT Tata Metal Lestari agar diterima di pasar global. Produk-produk yang diekspor tentu memiliki spesifikasi yang berbeda, dimana juga menggunakan standar mutu yang berbeda pula, yaitu ASTM (American standard), JIS dan European Standard. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi produsen baja nasional guna menyesuaikan ke beberapa standard mutu internasional pada produknya,” jelas Stephanus.

Stephanus berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.

“Ekspansi PT Tata Metal Lestari ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19,” jelasnya.

Ia juga mengatakan, keberhasilan ekspor perdana ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, dalam bentuk support kemudahan akses informasi untuk ekspor dan perijinan-perijinan yang dipermudah dengan sistim online.

Diharapkan dengan dukungan kedua kementerian ini volume ekspor baja dapat ditingkatkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, khususnya pada industri baja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya