Peredaran Uang Kertas dan Logam Naik, Transaksi Non Tunai Berkurang di Maret

Bank Indonesia bersama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) ke depannya akan terus memperkuat transformasi digital melalui penerapan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Apr 2020, 20:15 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 20:15 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non-tunai tetap terjaga selama masa pandemi virus corona (Covid-19). Ini terlihat dari jumlah uang cetak yang beredar pada Maret 2020 naik 7,53 persen.

"Posisi Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) per Maret 2020 tumbuh 7,53 persen (year on year/yoy), lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebagai antisipasi peningkatan kebutuhan uang tunai di periode penanggulanan Covid-19," jelas dia di Jakarta, Selasa (14/4/2020).

Sementara itu, Perry melanjutkan, transaksi non-tunai menggunakan ATM, kartu debit, kartu kredit, dan uang Elektronik pada Februari 2020 terlihat menurun sejalan penurunan aktivitas ekonomi.

Namun demikian, ia meneruskan, pembayaran masyarakat menggunakan transaksi digital pada Maret 2020 diperkirakan meningkat sejalan kenaikan kebutuhan transaksi ekonomi dan keuangan digital di periode pembatasan mobilitas masyarakat.

"Bank Indonesia mengapresiasi berbagai upaya pelaku ekonomi dan keuangan digital untuk mendorong penggunaan pembayaran non-tunai, termasuk mendukung program pemerintah dalam menyalurkan dana bantuan sosial melalui pembayaran nontunai," tutur dia.

"Upaya yang ditempuh pelaku ini tidak hanya mendukung akitivitas ekonomi sehari-hari tetapi juga meningkatkan efisiensi perekonomian," dia menambahkan.

Perry menyatakan, Bank Indonesia bersama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) ke depannya akan terus memperkuat transformasi digital melalui penerapan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.

"Termasuk peningkatan akseptasi QRIS secara meluas di merchant UMKM dan pasar tradisional, lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan tempat ibadah," pungkas dia.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Kebijakan Stimulus Ekonomi Bikin Kepanikan Pasar Keuangan Mereda

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonesia, Jakarta. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Meluasnya wabah virus corona ke berbagai negara makin meningkatkan risiko resesi ekonomi global pada tahun 2020. Namun, pengaruhnya terhadap kepanikan pasar keuangan dunia berangsur-angsur mulai menurun.

Kepanikan pasar keuangan dunia sempat meningkat tinggi pada Maret 2020. Memasuki April, kepanikan para investor mulai berkurang.

Kondisi ini terjadi karena berbagai negara telah memberikan kebijakan di pasar keuangan. Sehingga muncul kembali kepercayaan investor terhadap pasar keuangan.

"Ini didukung sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh di banyak negara," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (14/4).

Risiko pasar keuangan dunia yang berkurang tercermin pada penurunan volatility index (VIX). Semula 85,4 pada 18 Maret 2020 menjadi 41,2 pada 14 April 2020.

Lebih lanjut Perry menuturkan, risiko resesi ekonomi global pada 2020 dipengaruhi oleh penurunan permintaan. Selain itu proses produksi terganggu akibat terbatasnya mobilitas manusia.

Hal ini sejalan dengan kebijakan mengurangi risiko penyebaran virus corona. Akibatnya pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan banyak negara di kawasan Eropa diprakirakan mengalami kontraksi pada tahun 2020.

"Padahal berbagai kebijakan ultra-akomodatif dari kebijakan fiskal dan moneter telah ditempuh," kata Perry.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya