Jurus Pelaku Bisnis Pakaian Bertahan dari Hantaman Corona

Bisnis pakaian menjadi salah satu sektor yang terkena dampak corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2020, 22:29 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 14:25 WIB
Ilustrasi Pakaian
Ilustrasi Pakaian

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis pakaian memang tidak pernah ada habisnya. Selain menjadi kebutuhan, pakaian juga jadi fashion yang merupakan bagian dari gaya hidup.

Beberapa tahun terakhir, clothing brand lokal mulai naik daun dengan produknya yang apik dan kualitas yang tak kalah dari brand luar. Salah satu clothing brand Indonesia yang kini tengah naik daun yakni Livehaf, dimulai oleh Arif Hidayat pada 2015.

Livehaf yang awalnya hanya menyediakan t-shirt sablon, sekarang telah mengembangkan produknya hingga tas dan sepatu. Dengan keuletan dan ketekunannya, Arif sebagai Founder dan CEO mampu membawa Livehaf yang semula hanya dipasarkan melalui Instagram hingga masuk ke marketplace dan lebih dekat dengan konsumennya.

Tak seperti brand lainnya, Livehaf menjual produknya 70 persen lebih terjangkau, dan selalu menggratiskan ongkir se-Indonesia dari Aceh hingga Papua untuk minimum pembelian Rp 250 ribu.

"Kami menawarkan penukaran size secara gratis jika produk kebesaran atau kekecilan dan kami memberikan garansi uang 100 persen jika produk yang dipakai tidakcocok. Jadi hampir tidak ada risiko belanja di Livehaf," kata Arif.

Komitmen ini pun membuat Livehaf bisa bertahan di tengah kondisi sulit akibat pandemi corona yang memukul berbagai sektor bisnis. Meski saat ini Livehaf ikut terpukul, namun masih dapat membayarkan gaji karyawan tanpa pengurangan sama sekali.

"Livehaf tetap sustain dikondisi sekarang karena menyediakan barang yang harganya cukup terjangkau, dan kami beradaptasi dengan masuk ke marketplace juga. Saya berharap merek fashion Indonesia bisa menjadi nomor 1 di dunia mengalahkan merekternama, karena sebagian besar merek ternama di luar negeri tersebut juga banyak diproduksi di Indonesia," tambahnya.

Meski situasi sedang sulit, dia pun tidak berhenti berupaya dan berinovasi. Livehaf berencana memperluas pangsa pasarnya ke pakaian wanita dan melengkapi produknya. Apalagi 25 persen  pembeli Livehaf sekarang adalah wanita, ia pun bersemangat untuk mengembangkan produknya di segmen ini.

"Di new normal yang tidak menentu ini, kami akan membuat tempat produksi sendiri agar bisa menekan harga produksi. Harapannya, harga bisa lebih terjangkau karena di kondisi ekonomi yang tidak menentu, pelanggan lebih pemilih dan berhati-hati ketika berbelanja," tutup Arif.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengembangan Produk

[Fimela] pakaian
ilustrasi pakaian | pexels.com/@kaip

Livehaf menjual pakaian daily wear untuk pria dan wanita, dengan range harga yang terjangkau Rp 49 ribu-Rp 250 ribu. Dengan kualitas yang bagus, produknya pun diterima dengan baik di pasar.

Hal ini dibuktikan dengan pengembangan produk yang dilakukan dan pertumbuhan bisnis Livehaf sebesar tiga digit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Livehaf bisa di posisi ini dengan selalu melakukan riset terlebih dahulu. Mencari uang itu susah, maka saya berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan," ujarnya.

Sebelum memulai bisnis Livehaf, Arif pun telah mencoba berbagai bisnis lainnya namun tidak berhasil. Di awal meniti karirnya pun, Arif mendapatkan pelajaran bahwa harus lebih berhati-hati dalam menaruh kepercayaan.

"Dulu awalnya memulai bisnis dari ikan hias, hanya Rp 200 ribu sebulan, dengan keuntungan Rp 70r ribuan saja karena memang belum mengerti apa-apa pada saat itu," kenangnya.

Saat ini Arif telah memfokuskan seluruh waktunya untuk mengembangkan Livehaf menjadi brand nomor 1 di Indonesia. Dia percaya bahwa untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan fokus pada satu bidang, tidak boleh lompat-lompat industri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya